Page 37 - cerita untuk anak cerdas
P. 37

http://www.harunyahya.com/indo/anak/cerita1/cerita1_01.html



                                              IRFAN DAN BURUNG PELATUK


                                      Hari Minggu, Irfan berjalan‐jalan di sebuah hutan dengan Ayahnya.
                                      Ketika tengah berjalan, ia memikirkan betapa indahnya pepohonan dan
                                      seluruh alam semesta. Ayahnya kemudian bertemu dengan seorang
                                      teman, dan ketika dua orang dewasa itu bercakap‐cakap, Irfan
                                      mendengar sebuah suara:

                                      Tuk, tuk, tuk, tuk, tuk, tuk ... Suara itu datang dari sebuah pohon. Irfan
                                      mendatangi burung yang membuat suara itu, dan bertanya: “Mengapa
                                      engkau memukuli pohon dengan paruhmu seperti itu?”

                                      Burung itu menghentikan pekerjaannya, dan berbalik memandang Irfan.
                    “Aku seekor pelatuk,” jawabnya. “Kami membuat lubang di pepohonan, dan membangun
                    sarang‐sarang  kami  di  dalamnya.  Kadang‐kadang  kami  menyimpan  makanan  di  dalam
                    lubang‐lubang pohon ini. Lubang ini adalah lubang pertama buatanku. Aku akan membuat
                    ratusan lubang persis seperti ini.” Irfan memperhatikan lubang itu. “Bagus. Tapi, bagaimana
                    engkau menyimpan makanan di tempat sekecil ini?” Ia berpikir.
                    “Sebagian besar burung pelatuk memakan biji ek. Biji‐biji ini cukup kecil,” si pelatuk
                    menjelaskan. “Di dalam setiap lubang, aku akan meletakkan sebiji ek. Dengan cara itu, aku
                    dapat menyimpan cukup makanan untuk diriku sendiri.”

                    Irfan bingung. “Tapi, daripada capek‐capek membuat puluhan lubang
                    kecil seperti ini,” katanya, “kamu bisa membuat sebuah lubang besar
                    dan menyimpan semua makananmu di sana.”

                    Burung  pelatuk  itu  tersenyum.  “Kalau  itu  kulakukan,  burung‐burung
                    lain  akan  datang  dan  menemukan  tempat  persediaan  makananku.
                    Mereka  akan  mencuri  biji  ek.  Lubang  yang  kubuat  berbeda‐beda
                    ukurannya. Ketika kuletakkan biji ek yang kutemukan ke dalam lubang,
                    kusimpan  sesuai  dengan  ukurannya.  Ukuran  biji  ek  persis  sebesar
                    lubang  buatanku.  Dengan  cara  itu,  biji  ek  dapat  menempati  lubang
                    dengan  pas,  dan  rapat!  Allah  menciptakan  paruhku  sedemikian  rupa  sehinga  aku  dapat
                    mengeluarkan biji ek dengan mudah dari dalam lubang. Karena itu, aku dapat mengambil
                    dari pohon tanpa kesulitan apapun. Burung‐burung lain tak dapat melakukan itu, karenanya,
                    makananku  aman.  Tentu  saja,  aku  tak  punya  otak  untuk  memikirkan  semua  itu.  Aku  ini
                    cuma seekor  pelatuk. Allah  membuatku  melakukan  semua ini. Allahlah  yang  mengajariku
                    bagaimana  menyembunyikan  makananku.  Allah  yang  menciptakan  paruhku  dengan  cara
                    yang tepat untukku. Sesungguhnya, ini bukan hanya terjadi padaku—semua makhluk hidup
                    mampu  melakukan  hal‐hal  yang  mereka  lakukan  karena  itulah  cara  yang  diajarkan  Allah
                    pada mereka.”

                    Irfan setuju: “Engkau benar. Terimakasih telah memberitahu aku semua itu ... Kamu
                    mengingatkan aku pada kuasa Allah yang luar biasa.”

                    Irfan mengucapkan selamat jalan pada teman kecilnya, dan kembali pada Ayahnya. Ia sangat
                    gembira karena ke manapun ia memandang, ia selalu melihat keajaiban Allah lainnya.

                    Compile by: http://ndahdien.multiply.com
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42