Page 42 - cerita untuk anak cerdas
P. 42

http://www.harunyahya.com/indo/anak/cerita1/cerita1_01.html


                                               AHMAD DAN KODOK HIJAU



                                       Pada akhir pekan, Ahmad pergi memancing di
                                       sebuah danau bersama Ayahnya. Ketika Ayahnya
                                       menyiapkan joran‐joran pancing, Ahmad meminta
                                       izin untuk menjelajahi kawasan sekitarnya. Ayah
                    mengizinkan, asalkan Ahmad tidak pergi terlalu jauh.

                    Ahmad mulai berjalan di antara kabut di tepi danau. Seekor kodok tiba‐
                    tiba melompat di antara dua semak dan mendarat di atas batu tepat di
                    depannya.

                    “Kamu hampir saja menginjakku!” si kodok mengeluh.
                    “Maaf,” ujar Ahmad. “Warnaiiiiimu persis seperti dedaunan, sampai‐sampai aku tidak
                                     melihatmu, kodok kecil. Namaku Ahmad, dan aku sedang berjalan‐jalan
                                     di sini.”

                                     Kodok itu tersenyum: “Senang sekali bertemu denganmu, Ahmad. Wajar
                                     saja kalau kamu tidak melihatku. Aku hidup di antara semak‐semak ini,
                                     dan warnaku senada dengan warna dedaunan. Dengan cara itu, musuh‐
                                     musuhku tidak dapat melihatku, seperti kamu. Aku dapat bersembunyi
                                     dari mereka dengan mudah.”

                                     Ahmad berpikir sejenak. “Ya, tapi bagaimana kalau mereka melihatmu?
                                     Lalu, apa yang kamu lakukan?”

                                     “Kalau kamu perhatikan dengan teliti,” kata kodok itu, sambil
                                     mengangkat sebelah kakinya, “Kamu akan melihat selaput di antara jari‐
                                     jariku. Ketika aku melompat, kubuka semua jariku. Dengan cara itu, aku
                    dapat melayang di udara. Kadang‐kadang aku bisa terbang sampai 40 kaki (12 meter) dalam
                    sekali lompatan.”

                    “Lalu, bagaimana ketika kamu ingin mendarat?” Ahmad berpikir.

                    “Kugunakan kaki‐kakiku ketika ku terbang. Kugunakan selaput kakiku seperti parasut untuk
                    melambatkan kecepatan badanku saat mendarat,” kodok itu menjelaskan.
                    “Wah, itu sangat menarik,” Ahmad merenung. “Sebelumnya, aku tidak pernah
                    membayangkan kalau kodok bisa terbang.”

                    Kodok  itu  menyeringai.  “Beberapa  spesies  kodok  dapat  terbang  sejauh  mereka  dapat
                    berenang. Inilah rahmat yang diberikan Allah pada kami. Allah menciptakan warna‐warna
                    kami sedemikian rupa untuk menyamarkan kami dalam lingkungan tempat tinggal kami. Hal
                    itu memungkinkan kami untuk bertahan hidup. Jika Allah tidak menciptakan kami seperti ini,
                    dengan segera kami akan terbunuh oleh binatang‐binatang lain.”





                    Compile by: http://ndahdien.multiply.com
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47