Page 38 - cerita untuk anak cerdas
P. 38
http://www.harunyahya.com/indo/anak/cerita1/cerita1_01.html
JALAL DAN BURUNG CAMAR
Ketika bepergian dengan kapal feri, dalam cuaca yang panas‐terik, Jalal
paling suka duduk di dek kapal. Dengan cara itu, ia bisa memandang laut
lebih dekat, dan dapat memperhatikan sekelilingnya lebih mudah. Satu
hari, Jalal naik kapal feri bersama Ibunya. Ia segera mendatangi dek dan
duduk di sana. Sekelompok camar mengikuti feri seakan mereka tengah
berlomba satu sama lain. Camar‐camar itu melakukan pertunjukan yang
menarik, berpilin dan berputar di udara, saling berebutan remah‐remah
roti yang dilemparkan oleh para penumpang feri pada mereka.
Salah satu camar meluncur pelan dan mendarat di tempat duduk sebelah
Jalal.
“Suka nggak dengan pertunjukan terbang kami?” tanyanya. “Kulihat,
kamu memperhatikan kami begitu
cermat. Siapa namamu?”
“Namaku Jalal. Ya, aku sangat suka
melihatmu terbang. Kulihat, kamu bisa
tetap berada di udara tanpa perlu mengepakkan sayap
sama sekali. Bagaimana kamu melakukan itu?”
Camar tersebut mengangguk‐anggukkan kepalanya. “Kami,
burung camar, menempatkan diri kami sesuai dengan arah
angin. Bahkan jika cuma ada sedikit angin, arus udara yang
naik akan mengangkat kami. Kami memanfaatkan gerakan ini, dan kami dapat melakukan
perjalanan jauh tanpa perlu mengepakkan sayap sama sekali.”
“Kami bergerak maju‐mundur dalam kumpulan udara yang naik dari
(permukaan) laut,” burung camar melanjutkan penjelasannya. “Arus ini
memastikan bahwa kami memiliki udara di bawah sayap, dan hal itu
memungkinkan kami untuk tetap di udara tanpa menggunakan terlalu banyak energi.”
Jalal masih tidak yakin apakah dia betul‐betul memahami. “Aku melihatmu di sana, di udara,
tanpa menggerakkan sayap, seakan‐akan kamu tertahan di situ. Dan kamu melakukan
semua ini dengan bertindak sesuai dengan arah angin? Aku bisa lihat itu. Namun,
bagaimana kamu memperhitungkan kekuatan dan dari arah mana
angin itu datang?”
“Dari pengetahuan kami sendiri, tidak mungkin kami bisa melakukan
itu,” camar memulai penjelasannya. “Ketika menciptakan kami, Allah
mengajari kami bagaimana caranya terbang, dan bagaimana
melayang di udara tanpa buang‐buang energi. Contoh‐contoh ini
diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyadari keberadaan
Allah dan memahami kekuatanNya.”
Jalal memikirkan pertanyaan lain. “Ya, kamu tetap tertahan di udara,
seolah‐olah diikat oleh seutas tali ... Agar mampu melakukan ini,
Compile by: http://ndahdien.multiply.com