Page 32 - SD_Bohong Merinang
P. 32

“Ya Tuhan, aku telah berpisah dengan ayahku yang
            tidak pernah kukenali rupanya. Sekarang aku berpisah

            juga dengan ibuku yang sekian lama menjadi sandaran

            hatiku.  Aku tidak  tahu  lagi  bagaimana  takdirku

            selanjutnya,  tetapi  tetap  akan  kujalani  jika  memang
            ibuku juga ikhlas,” katanya dalam hati.

                Sang ibu menyaksikan keberangkatan anaknya dari

            depan  gubuk. Langkah kecil  anaknya  dan  juragan  itu

            semakin jauh.  Sang ibu masih saja memperhatikan bahu
            kecil  Simpersah.  Selama  ini,  mereka  berdua  melewati

            kerasnya kehidupan bersama-sama. Tidak pernah ada

            keluhan  dari  anak  laki-lakinya  itu.  Justru  sang  ibulah

            yang merasa bersalah karena tidak dapat memberikan
            kehidupan yang layak untuk putranya. Di atas bahu itu,

            Simpersah membawa bekal yang sudah disiapkan ibunya

            semalaman.

                Buntalan  itu  tidak  seberapa  besar,  isinya  hanya
            beberapa lembar pakaian Simpersah dan sepotong ubi

            bakar untuk bekal dalam perjalanan. Pakaian itu juga

            belum termasuk pakaian yang bagus, hanya seadanya

            karena  memang  Simpersah  tidak  pernah  memiliki





            22
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37