Page 29 - SD_Bohong Merinang
P. 29

Anak  laki-laki  kecilnya  tertidur  pulas  di  sampingnya.
            Ia pandangi wajah Simpersah lekat-lekat. Sejujurnya,

            keberangkatan  Simpersah  adalah  keputusan  sulit

            baginya. Kehilangan Simpersah mungkin akan menjadi

            hari-hari  yang  berat  untuknya.  Akan  tetapi,  ia  juga
            berpikir  bahwa  kepergian  Simpersah  adalah  untuk

            masa  depan  sang  anak.  Simpersah  harus  hidup  lebih

            baik  daripada  orang  tuanya.  Ia  harus  menjadi  orang

            besar di kemudian hari. Oleh karena itu, ia harus ikhlas
            melepaskan keberangkatan anaknya ke kota.

                “Simpersah,  bangunlah!  Sebentar  lagi  pagi.  Kau

            harus bersiap-siap untuk berangkat ke kota,” bisik sang

            ibu dengan lembut di telinga anaknya.
                Simpersah pun terjaga. Ia membuka matanya pelan-

            pelan. Tanpa diperintahkan lagi, ia langsung mandi dan

            bersiap-siap. Simpersah adalah anak yang cerdas untuk

            memahami apa keinginan ibunya. Tidak lama menunggu,
            sang  juragan  datang  menjemput  Simpersah  sesuai

            dengan janjinya. Tanpa banyak basa-basi, juragan itu

            langsung mengajak Simpersah untuk segera berangkat

            bersamanya.





                                                                       19
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34