Page 24 - SD_Bohong Merinang
P. 24

Langkah Simpersah setengah berlari. Semakin lama
            semakin  cepat  langkahnya.  Si  pemilik  kebun  sudah

            menyiapkan  upahnya.  Jadi,  Simpersah  bisa  langsung

            mengambilnya sendiri dari kolong rumah.

                Hari sebentar lagi gelap. Ibu Simpersah pasti sudah
            menunggunya  dengan  perasaan  khawatir  di  rumah.

            Ia  memasuki  rumah  dengan  terburu-buru,  “Bu, Ibu,

            ini upah kerjaku hari ini. Hasilnya kurasa cukup untuk

            keperluan makan kita selama beberapa hari.”
                “Akhirnya,  kau  pulang.  Kau  pasti  masih  lelah.

            Segeralah mandi dan beristirahat! Nanti ibu akan bicara

            sesuatu yang penting denganmu,” ucap sang ibu pada

            anaknya yang masih bercucuran keringat itu.
                “Bicara?  Bicara  soal  apa,  Bu?”  tanya  Simpersah

            penasaran.

                “Nanti saja,” jawab ibunya singkat.

                Simpersah  menuruti  perintah  ibunya.  Ia  bergegas
            mandi lalu beristirahat sejenak.

                Gelap pun  datang  menutupi  suasana  Kampung

            Sicike-Cike.  Satu  per  satu,  lampu  templok  dipasang

            oleh  penduduk  di  dalam  rumah  untuk  mendapatkan





            14
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29