Page 47 - SD_Bohong Merinang
P. 47

“Akulah  saudagar terkaya di  dunia ini. Aku  sudah
            memiliki  segalanya,  takkan  ada  seorang  pun  yang

            sanggup menandingiku,” katanya di setiap pertemuan

            saudagar di Medan.

                Terkadang  ia  ditegur  dan  diingatkan  oleh  istrinya
            supaya  tidak berkata sombong seperti itu Akan tetapi, ia

            tidak pernah mau peduli dengan teguran istrinya. Bahkan

            ia seolah-olah tidak mau mendengarkan. Istrinya hanya

            bisa bersabar menghadapi sikap suaminya itu meskipun
            terkadang merasa malu di hadapan banyak orang. Sikap

            Sisennang  terkadang  menjadi  cibiran  orang-orang  di

            sekitarnya.

                Sementara  itu,  di  Desa  Sicike-Cike,  ibunda
            Sisennang merasa sangat merindukan anaknya. Ia ingin

            sekali bertemu dengan putranya, si Simpersah itu. Akan

            tetapi, ia tidak tahu di mana keberadaan putranya itu

            dan  ongkosnya  pun  tidak  dipunyainya.  Setiap  saat  ia
            berharap agar putranya itu segera pulang ke kampung.

            Ibu Sisennang setiap hari menangis memanggil anaknya

            sehingga orang di desa pun berempati padanya. “Oh,

            Simpersah. Betapa ibu sangat merindukanmu, Nak. Akan





                                                                       37
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52