Page 125 - FIKIH_MTs_KELAS_ IX_KSKK_2020
P. 125

h.  Memberikan  tenggang  waktu  kepada  orang  yang  sedang  kesulitan  dalam

                             melunasi hutangnya setelah jatuh tempo. Allah Swt. berfirman:

                                                ْ ْ ْ   ْ ْ           َّ      ْ       ْ      ٌ            ْ          ْ

                                                             ٌ ْ
                              )        ٥۲  :ةرﻘبﻟا(  نﻮﻤﻠﻌت ﻢتﻨﻛ نإ ﻢﻜﻟ ريﺧ اﻮﻗﺪﺼت نأو ةرﺴيﻣ ىلإ ةرﻈﻨﻓ ةرﺴﻋ وذ ناك نإو
                                                                                           ٍ
                                                                            ٍ




                             Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
                             tangguh  sampai  dia  berkelapangan.  Dan  menyedekahkan  (sebagian  atau
                             semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah
                             [2]: 280).

                     6.  Tambahan dalam Hutang piutang
                         Ada dua macam penambahan pada qard (hutang piutang), yakni:
                         a.  Penambahan yang disyaratkan.

                             Demikian  ini  dilarang  berdasarkan  ijmak  (kesepakatan  para  ulama).  Begitu

                             juga  manfaat  yang  disyaratkan,  seperti  perkataan:  “Aku  memberi  hutang
                             kepadamu  dengan  syarat  kamu  memberi  hak  kepadaku  untuk  memakai

                             sepatumu  atau  menggunakan  motormu.”  atau  manfaat  lainnya  karena  yang
                             demikian termasuk rekayasa dan menjadi riba.

                         b.  Penambahan yang tidak disyaratkan .

                             Ketika  seseorang  melunasi  hutang  kemudian  memberi  tambahan  melebihi
                             hutangnya  sebagai  wujud  balas  budi  ataupun  terima  kasih  karena  sudah

                             ditolong sehingga terbebas dari kesulitan maka hukumnya boleh.

                     7.  Adab Hutang Piutang

                         Adapun adab/etika hutang piutang dalam Islam sebagai berikut:
                         1)   Seorang yang memberikan hutang tidak mengambil keuntungan dari apa yang

                             dihutangkannya.
                         2)  Menulis perjanjian secara tertulis disertai dengan saksi yang bisa dipercaya.

                         3)  Seseorang  yang  berhutang  harus  berniat  dengan  sungguh-sungguh  untuk

                             melunasi hutangnya dengan harta yang halal.
                         4)  Berhutang pada orang yang berpenghasilan halal.

                         5)  Berhutang dalam keadaan darurat atau terdesak saja.
                         6)  Tidak boleh melakukan hutang piutang disertakan dengan jual beli.

                         7)  Jika  ada  keterlambatan  dalam  pengembalian/pelunasan  hutang,  maka  segera
                             memberitahukan kepada pihak yang berpiutang dengan baik.

                         8)  Pihak yang berpiutang hendaknya memberikan toleransi waktu/menangguhkan

                             hutang jika pihak yang berhutang mengalami kesulitan dalam pelunasan.

                                                      FIKIH MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX 109
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130