Page 26 - Filsafat Islam Khansa.indd
P. 26

sumber dari Syiah, mazhab ini dibangun oleh Abu Aswad Al-Duwali  (605–688

              M) atas nasihat Imam Ali ibn Abu Thalib r.a. (570–661 M). Akan tetapi, sumber-
              sumber lain yang lebih menyakinkan menyatakan bahwa mazhab ini dibangun

              oleh Isa ibn Umar Al-Tsaqafi (w. 766 M). Tokoh utamanya adalah Sibawaih
              (760-796 M) yang sangat terkenal pada masa kekhalifahan Harun Al-Rasyid
              (785–809 M), kemudian Abd Malik Al-Asma`i  (740 828 M), Abu Ubaidah
              (728-825 M), Ibn Yazid Al-Mubarrad  (826 898 M), Al-Sukari  (w. 888 M), dan
                                               10
              Ibn Duraid Al-Azdi  (837–934 M).
                   Kedua, mazhab Kufah yang didirikan oleh Ibn Abdullah Al-Kisai  (w. 805
              M) yang merupakan tandingan dari mazhab Basrah. Berbeda dengan mazhab
              Basrah yang bersandar pada kaedah logika, mazhab Kufah justru bersandar pada
              sosiologi bahasa (sima`i) dan lebih menekankan prinsip universal linguistik
              sehingga lebih bebas dalam menerima kaedah yang berbeda-beda. Bahkan,
              bila perlu, bisa bersandar pada pemakaian-pemakaian yang tidak lazim untuk
              membuat kaedah baru. Tokohnya yang penting adalah Al-Farra`  (w. 822 M),
              Ibn Al-Sikkait  (w. 858 M), Al-Mufadlal Al-Dlabbi  (w. 876 M), dan Tsa’lab  (w.
              904 M). 11
                   Ketiga, mazhab Baghdad. Madzhab ini berusaha mempertemukan
              perbedaan dan persaingan keras antara kedua mazhab di atas dengan cara

              menggabungkan dua kecenderungan yang ketat dan longgar di antara keduanya.
              Tokoh utamanya adalah Ibn Qutaibah  (828–885 M).  12
                   Perdebatan antara mazhab-mazhab nahwu tersebut memberikan
              pengaruh besar dalam pembacaan Al-Quran, dan pada gilirannya, nahwu yang
              dikembangkan dengan cermat telah memberikan suatu bingkai dan kategori-
              kategori suatu kosa kata yang memberikan catatan khas pemikiran rasional pada

              fiqh dan teologi. Artinya, kaedah dan logika dalam bahasa (nahw) inilah yang
              telah mendorong munculnya pemikiran rasional dalam bidang perundangan
                                                                                      13
              maupun teologi pada fase-fase berikutnya, sebelum datangnya fi lsafat Yunani.
              Kenyataannya, perdebatan dalam kajian perundangan dan teologi Islam juga
              berawal dari perdebatan tentang kosa kata dan istilah-istilah yang digunakan
              dalam teks suci.

              10  Louis Gardet  Falsafah al-Fikr... I, hlm. 70; Ahmad Amin, Dhuhâ al-Islâm, II (Qahirah: Dar al-Fikr al-Arabi, 1936),
                         ,
                 hlm. 298.
              11  Ahmad Amin, Ibid, 305; Louis Gardet , Falsafah al-Fikr... I, hlm. 71.
              12  Louis Gardet , Falsafah al-Fikr... I, hlm. 71.
              13  Louis Gardet , Falsafah al-Fikr... I, hlm. 71.



                                                  27
                                                  27

                                                                             pustaka-indo.blogspot.com
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31