Page 31 - Filsafat Islam Khansa.indd
P. 31
banyak doktrin yang heterodoks yang datang dari Iran, India, Persia, atau daerah
lain dari pinggiran Islam, seperti Mazdiah, Manikian, materialisme, atau bahkan
dari pusat Islam sendiri sebagai akibat dari pencarian bebas yang berubah bentuk
menjadi pemikiran bebas seperti penolakan terhadap wahyu dan lainnya yang
29
dikategorikan dalam istilah ‘zindiq’. Untuk menjawab serangan doktrin-doktrin
ini, para sarjana Muslim (ulama) merasa perlu untuk mencari sistem berpikir
rasional dan argumen-argumen yang lebih kuat, karena metode sebelumnya,
bayani, sudah tidak memadai lagi untuk menjawab persoalan-persoalan baru
yang sangat beragam yang tidak dikenal sebelumnya. Karena itulah, Ira M.
Lapidus menyatakan bahwa filsafat bukan sekadar bentuk analisis secara murni,
melainkan telah menjadi bagian dari agama. 30
D. Penutup
Berdasarkan uraian di atas, dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, pemikiran rasional-fi losofi s Islam tidak merupakan jiplakan atau
plagiasi dari filsafat Yunani sebagaimana yang dituduhkan sebagian kalangan,
meski diakui bahwa filsafat Yunani telah memberikan kontribusi sangat besar
bagi perkembangan pemikiran filsafat Islam sesudahnya. Sebab, kenyataan yang
ada menunjukkan bahwa pemikiran rasional dalam hukum (fi qh) dan teologi
Islam Muktazilah telah lebih dahulu mapan sebelum datangnya fi lsafat Yunani
lewat terjemahan. Pemikiran rasional Islam inilah bahkan yang telah berjasa
memberikan ruang bagi diterimanya fi lsafat Yunani.
Kedua, sistem pemikiran rasional Islam tersebut lahir atau muncul dari
analisis dan perkembangan bahasa Arab (nahw), lewat berbagai mazhab bahasa
yang ada. Berawal dari analisis dan rasionalisasi bahasa ini kemudian berkembang
menjadi rasionalisasi dalam bidang hukum (fi qh) dan teologi, karena adanya
kebutuhan untuk menjelaskan secara rasional-fi losofis atas makna dan maksud
teks suci dan menjawab problem-problem yang muncul saat itu secara rasional.
Ketiga, pemikiran dan filsafat Yunani masuk ke dalam khazanah pemikiran
Islam pertama kali pada masa khalifah Al-Makmun (811–833 M) dari dinasti
Bani Abbas (750–1258 M), lewat proyek terjemahan. Proses terjemahan atas
pemikiran rasional filsafat Yunani ini sendiri dilakukan karena telah berkembang
dan mapannya tradisi berpikir rasional fi losofis di kalangan masyarakat Islam,
29 Louis Gardet , Falsafat al-Fikr al-Dîni, I... hlm. 75–76
30 Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies (Cambridge University Press, 1999), hlm. 95.
32
32
pustaka-indo.blogspot.com