Page 19 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 19

18   Adab al-Alim Wa al-Muta'allim



               Santri juga tidak diperkenankan untuk menceritakan sesuatu yang lucu, sehingga menimbulkan

               tertawa orang lain, ada unsur penghinaan kepada sang guru, berbicara dengan menggunakan
               kata-kata yang sangat jelek, dan menampakkan prilaku dan budi pekerti yang kurang baik

               dihadapan gurunya.


               Santri  juga  tidak  boleh  menertawakan  sesuatu  kecuali  hal-hal  yang  kelihatan  sangat

               menggelikan, lucu dan jenaka, ia tidak boleh mengagumi sesuatu ketika ia berada dihadapan
               gurunya.


               Apabila ada sesuatu hal, peristiwa, kejadian yang lucu, sehingga membuat santri tertawa, maka

               hendaknya jika tertawa jangan terlalu keras, tidak mengeluarkan suara. Ia juga tidak boleh

               membuang ludah, mendehem selama hal itu bisa ditahan atau memungkinkan, namun apabila
               tidak mungkin untuk dilakukan maka seyogyanya ia melakukannya dengan santun. Ia tidak

               boleh membuang ludah atau mengeluarkan riya dari mulutnya, namun yang paling baik adalah
               seharusnya itu dilakukan dengan menggunakan sapu tangan atau menggunakan ujung bajunya

               untuk dipakai sebagai tempat riya' tersebut.


               Apabila pelajar sedang bersin, maka hendaknya berusaha untuk memelankan suaranya dan

               menutupi wajahnya dengan menggunakan sapu tangan. Apabila ia membuka mulut karena
               menahan rasa kantuk (angop: jawa) maka hendaknya ia menutupi mulutnya dan berusaha untuk

               tidak membuka mulut.


               Sebagai  pelajar  ketika  sedang  berada  dalam  sebuah  pertemuan,  dihadapan  teman,  saudara

               hendaknya berbudi pekerti yang baik, ia selalu menghormati para sahabatnya, memuliakan para
               pemimpin,  pejabat,  dan  teman  sejawatnya,  karena  menampakkan  budi  pekerti  yang  baik

               kepada  mereka,  berarti  ia  telah  menghormati  para  kyainya,  dan  menghormati  pada  majlis
               (pertemuan). Hendaknya ia juga tidak keluar dari perkumpulan mereka, majlis dengan cara

               maju  ataupun  mundur  kearah  belakang,  santri  (pelajar  )  juga  tidak  boleh  berbicara  ketika

               sedang berlangsung pembahasan sebuah ilmu dengan hal-hal yang tidak mempunyai hubungan
               dengan kegiatan ilmu tersebut, atau mengucapkan sesuatu yang bisa memutus pembahas ilmu.


               Apabila sebagian santri (orang yang mencari ilmu) itu berbuat hal hal yang tidak kita inginkan

               (  jelek  )  terhadap  salah  seorang  ,  maka  ia  tidak  boleh  dimarahi,  disentak-sentak,  kecuali
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24