Page 20 - Adab al-Alim Wa al-Muta'allim
P. 20

19   Adab al-Alim Wa al-Muta'allim



               gurunya sendiri yang melakukan hal itu, kecuali kalau guru memberikan sebuah isyarat kepada

               santri yang lain untuk melakukannya.


               Apabila ada seseorang yang melakukan hal-hal yang negatif terhadap seorang syaikh, maka
               kewajiban bagi jamaah adalah mengusir orang tersebut dan tidak menerima orang-tersebut

               serta membantu syaikh dengan kekuatan yang dimiliki (kalau memungkinkan).


               Pelajar  tidak  boleh  mendahului  gurunya  dalam  menjelaskan  sebuah  permasalahan  atau

               menjawab beberapa persoalan, kecuali ia mendapat ijin dari sang guru.


               Termasuk sebagian dari mengagungkan seorang kyai adalah santri tidak boleh duduk-duduk

               disampingnya,  diatas  tempat  shalatnya,  diatas  tempat  tidurnya.  Seandainya  sang  guru
               memerintahkan  hal  itu  kepada  muridnya,  maka  jangan  ia  sampai  melakukannya,  kecuali

               apabila  sang  guru  memang  memaksa  dan  melakukan  intimidasi  kepada  santri  yang  tidak
               mungkin  untuk  menolaknya,  maka  dalam  keadaan  seperti  ini  baru  diperbolehkan  untuk

               menuruti  perintah  sang  guru,  dan  tidak  ada  dosa.  Namun  setelah  itu  ia  harus  berprilaku
               sebagaimana biasanya, yaitu dengan menjunjung tinggi akhlakul karimah.



               Dikalangan orang banyak telah timbul sebuah pertanyaan, manakah diantara dua perkara yang
               lebih utama, antara menjunjung tinggi dan berpegang teguh pada perintah sang guru namun

               bertentangan dengan akhlakul karimah dengan menjunjung tinggi-tingi nilai-nilai akhlak dan
               melupakan perintah sang guru ?



               Dalam permasalahan ini, menurut pendapat yang paling tinggi (rojih) adalah hukumnya tafshil:
               apabila  perintah  yang  diberikan  oleh  guru  tersebut  bersifat  memaksa  sehingga  tidak  ada

               kemungkinan sedikitpun untuk menolaknya, maka hukumya yang paling baik adalah menuruti
               perintahnya, namun bila perintah itu hanya sekedarnya dan bersifat anjuran, maka menjunjung

               tinggi nilai moralitas adalah diatas segala-galanya, karena pada satu waktu guru diperbolehkan

               untuk menampakkan sifat menghormati dan perhatian kepada santrinya (murid) sehingga akan
               wujud sebuah keseimbangan (bawazun) dengan kewajiban-kewajibannya untuk menghormati

               guru dan berperilaku, budi pekerti yang baik tatkala bersamaan dengan gurunya.


               Kesembilan, sebisanya berkata yang baik kepada guru. Tidak boleh berkata "Mengapa?", "Saya
               tidak  terima  (dengan  jawaban  guru)",  “Siapa  yang  berkata  demikian?”,  dan  “Di  mana
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25