Page 8 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 8
Badan saya terasa lemas, dan pada akhirnya saya
bersimpuh di lantai dengan kedua lutut saya, mengatur
napas saya yang tersengal-sengal, seolah habis berlari
mengitari lapangan sepakbola, dan semua kemarahan itu
berangsur-angsur hilang dari kepala saya. Bobby serta
Reno yang duduk di samping saya segera membantu
saya duduk di kursi saya, kembali bergabung dalam forum
bersama mereka.
“Kadang-kadang kita perlu pelepasan amarah seperti itu,
teman-teman semuanya,” kata Sandra.
“Terkungkung seperti itu pasti membuatmu sangat
menderita, Aryo,” ditatapnya saya dengan simpatik.
Sandra menulis sesuatu di lembaran kertas yang
dipegangnya, seperti suatu laporan perkembangan
kejiwaan kami, ya saya lebih suka menyebutnya begitu,
kertas-kertas itu, seperti tolak ukur seberapa dekat kami
semua di ruangan ini menuju kewarasan yang dianggap
wajar oleh orang-orang.
Ini adalah sebuah pusat rehabilitasi yang diperuntukkan
khusus mereka yang bosan hidup, seperti saya. Jika
rumah sakit dimaksudkan untuk merawat orang yang
sakit, maka tempat ini, dimaksudkan untuk merawat orang
yang ingin mati. Contohnya ya seperti saya.
“Selanjutnya giliran Winda,” kata Sandra.
Seorang perempuan yang wajahnya terlihat pucat,
rambutnya dikepang dua, berdiri perlahan dari kursinya.
6