Page 9 - Seribu Alasan untuk Mati Hari Ini dan Kumpulan Cerpen
P. 9
Ditatapnya sekelilingnya, sebelum dia memberanikan diri
untuk berbicara.
“Nama saya Winda…sa..saya di sini karena saya punya
masalah dengan pola makan. Dua tiga bulan terakhir ini,
saya tiba-tiba merasa terlalu jijik untuk makan apa pun,
seolah semuanya kotor dan tidak bermakna. Semua
makanan yang masuk ke mulut saya, lantas akan
dimuntahkan kembali, seperti perut saya secara otomatis
menolak mereka semua. Awalnya..saya kira itu karena
saya ingin cantik dan langsing seperti gadis-gadis di
televisi dan majalah itu..ta..tapi ini….” kata Winda sambil
ditatapnya kedua tangannya yang kurus kecil, lalu
dipegangnya pinggangnya yang mungil dan rapuh itu.
“Aaaarrrrrgggghhhh! Aaarrrrgggghhhh! Aaaarrrrggghhhh!”
suara teriakan Winda bergema di ruangan itu.
“It’s okay, Winda…dan sekali lagi tidak bosan-bosannya
saya mengingatkan, kalian tidak sendirian.…” kata Sandra
sambil meletakkan papan berkasnya ke lantai.
Dia berdiri, lalu menggulung lengan kemejanya. Kami
semua di ruangan terkesima melihat pemandangan itu,
deretan gurat garis bekas luka sayatan yang menjejali
setiap senti dari sepanjang pergelangan tangan bagian
dalamnya tersebut, bahkan hingga ke bagian luar yang
searah dengan punggung jari tangannya.
“Saya memperlihatkan ini kepada kalian, agar kalian tahu,
bahwa setiap kali saya berbicara, saya tidak menggurui
atau sekedar bercuap-cuap omong kosong di sini. Saya
tahu persis apa yang kalian rasakan. Saya juga seorang
7