Page 10 - MAJALAH TUNAS 1-2020
P. 10
KAB AR UT AMA
KABAR UTAMA
Peluncuran program Ayo Belajar Matematika (AJarMat), ketika
Rachmadi Widdiharto masih menjabat Kepala Bidang Program dan
Informasi P4TK Matematika.
kepada guru, insyaAllah anak suka juga dengan mapel- Dari ketiga ilmu dasar tersebut, esensinya adalah
nya. Guru galak, sangar, menjadikan komunikasi guru-siswa komunikasi. Ketika kita bicara kompetensi abad21, salah satu
sudah tidak nyaman. yang penting adalah komunikasi. Matematika itu hakikatnya
adalah bahasa simbol. Bahasa Indonesia, bahasa Inggris
Sementara dari segi substansi, pembelajaran jenjang
awal di Dikdas, menurut saya ada “kekurangpasan" dalam dan sebagainya adalah komunikasi verbal dan tulis. Sains
menyampaikan materi. Guru SD adalah guru kelas, bukan adalah bahasa alam. Dalam Islam dikenal sunatullah, yang
guru mapel. Menurut saya, pendekatan guru kelas di SD masyarakat memahami sebagai hukum alam.
perlu ditinjau, terutama untuk kelas atas, yakni 4, 5, dan
6. Kalau kelas bawah, pembelajaran tematik integratif Apa yang masih kurang dari guru kita?
masih tepat karena setting pola pikir anak masih holistik,
diferensiasinya belum ada. Kalau kelas atas abstraknya Selama menjadi widyaiswara, saya melihat passion guru
sudah jelas. Perlu pendekatan kemapelan, terutama tiga yang kurang. Self efficacy guru masih rendah. Sehingga
ilmu dasar, perlu dikuatkan. guru belum memiliki komitmen, dedikasi yang kuat
memintarkan siswa. Siswa SMP sudah diajar guru mapel,
Pada struktur keilmuan, matematika ada karakteristik
sementara guru SD baseline kompetensinya beragam. Guru
tersendiri dengan pendekatan berbeda. Misalnya, pada
SMP relatif sudah bagus kompetensi awalnya. Hal ini yang
unit pembelajaran luas lingkaran. Rumusnya semua
menjadikan guru cenderung mengajar sebagai bussiness
anak tahu, πr . Tetapi, guru yang mengajar tanpa ada
2
as usual, sehingga kurang ada inovasi, kreativitas, dan
pemaknaan apa itu phi (π), saya prihatin. Anak jadi hanya
komitmen.
hafalan. Mathematical thinking-nya belum masuk pada
anak. Pembelajaran jangan masih mekanistik, hafalan, Kedua, strategi pendekatan dan metode pembelajaran
dan teoritik. Pembelajaran bisa dikontekskan. Anak bisa kurang bervariasi. Hingga kini masih banyak guru mengajar
diminta membawa benang, meteran jahit, objek atau benda konvensional. Menurut hasil studi TIMSS, sekitar 80-an%
berbentuk lingkaran, maka anak bisa tahu dan mengukur guru masih mengajar dengan ceramah. Khusus pelajaran
berapa itu phi, yang merupakan konstanta perbandingan matematika belum diajar secara analitis yang mendorong
keliling lingkaran dan panjang diameter lingkaran. proses berpikir siswa. Misalnya, hasil perkalian angka negatif
dengan angka negatif mengapa hasilnya angka positif.
Saya rasa perlu semacam penguatan kompetensi guru Seharusnya anak tidak hanya hafalan, harus diberikan
pada ilmu dasar, yakni matematika, sains, dan bahasa. mathematical thingking-nya. Dalam matematika itu ada
Bagaimana ilmu lain, tentunya bukan tidak penting. fakta, konsep, prinsip, dan skill.
Analoginya seperti warna dasar adalah merah-kuning-biru.
Warna lain, hijau adalah percampuran kuning dan biru. Ketiga, masih banyak guru belum menguasai teknologi
Warna ungu adalah hasil campuran merah-biru. Oranye informasi (TI). Padahal Covid-19 "memaksa" pada pilihan:
merupakan campuran merah dan kuning. guru harus menguasai TI. Dari Covid-19, semua jadi belajar
banyak, tidak hanya guru, tetapi orangtua siswa juga.
Dengan TI, alternatif media pembelajaran semakin banyak.
10