Page 10 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 10

BAB 1

                        Sastra Angkatan 2000 dan Problematikanya



                             Dalam  sejarah  sastra  Indonesia  diketahui  bahwa  kesusastraan  Indonesia

                        modern  terlahir  sejak  tahun  1920-an  (Angkatan  ’20).  Kesusastraan  Indonesia
                        modern ini berupaya mencari bentuknya sendiri dan mencoba untuk terlepas dari

                        pengaruh kesusastraan lama. Hal tersebut sebagai upaya memberikan suasana baru
                        terhadap kesusastraan Indonesia modern, terutama yang berkaitan dengan isu-isu

                        sosial politik pada masa pergerakan kebangkitan nasional. Sebagaimana diutarakan
                        Teeuw  (1980,  hlm.  16)  bahwa,  “Kriteria  utama  untuk  menganggap  tahun  1920

                        sebagai titik permulaan ialah hakikat bahwa ketika pada itulah untuk pertama kali

                        ditulis kesusastraan yang ternyata harus diletakkan dalam satu rangka dasar yang
                        bersifat Indonesia.”

                             Kesusastraan  Angkatan  ‘45  sebagai  pemisah  dari  Kesusastraan  Sebelum
                        Perang, banyak yang berpendapat bahwa angkatan ini dimulai sejak tahun 1942 dan

                        bukan tahun 1945. Namun, kesusastraan pada saat itu dipengaruh oleh berbagai
                        peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya kemerdekaan Indonesia, maka dari itu

                        untuk penamaan angkatan kesusastraan lebih menguat pada penamaan Angkatan

                        ’45 (Teeuw, 1980).
                             Penamaan  untuk  Angkatan  ’66  merupakan  inisiatif  dari  H.B.Jassin  yang

                        ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Sementara pemimpin redaksinya
                        pada saat itu adalah Mochtar Lubis. Dengan berdirinya majalah Horison, mereka

                        berupaya  menghidupkan  kembali  semangat  para  seniman  sastra  dalam  upaya

                        berkarya.  Setelah  sekian  lama  berada  dalam  keterkungkungan  kreativitas,
                        munculnya  majalah  sastra  pertama  ini  sebagai  penanda  kebebasan  masyarakat

                        Indonesia dalam berdemokrasi dan bersosialisasi, yang salah satunya kebebasan
                        produktivitas berkarya sastra.

                             Kelahiran Angkatan 66 adalah klimaks dari perlawanan terhadap tirani yang

                        berkepanjangan.  Segala  bentuk  perlawanan  masyarakat  terhadap  ketidakadilan








                                                                                                      4
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15