Page 12 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 12

Penamaan angkatan untuk periode sastra Indonesia di era ini pada dasarnya

                        masih dalam perdebatan publik, termasuk pada penamaan Angkatan 2000. Belum
                        adanya kesepakatan yang baku terhadap penamaan angkatan ini yang menyebabkan

                        setiap  orang  memiliki  kebebasan  dalam  memberikan  istilah  nama  Angkatan.

                        Dikutip  dari  edyarmalik.blogspot.com  dalam  Angkatan  Sastra  2000:  Menengok
                        Masa lalu, Menata Masa Depan, Maman S. Mahayana (2010) kala itu memandang

                        pentingnya  untuk  meluruskan  terlebih  dulu  tentang  pemahaman  angkatan  atau
                        periode dalam kesusastraan Indonesia modern ini. Menurutnya penamaan untuk

                        Angkatan  2000  patut  dipertimbangkan,  meskipun  dirinya  lebih  setuju  dengan

                        menyebutnya sebagai Periode Reformasi. Akan tetapi, penamaan Angkatan 2000
                        pada saat ini, lebih banyak digunakan para peneliti dalam ragam tulis karya ilmiah

                        seperti jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi.  Oleh karena itu, hal tersebut  menjadi
                        pertimbangan untuk menggunakan istilah Angkatan 2000. Selain itu, penggunaan

                        istilah ini atas dasar bahwa istilah tersebut semakin berterima di masyarakat luas
                        dan  banyak  digunakan  di  kalangan  masyarakat  akademik  dibandingkan  dengan

                        menggunakan istilah yang lain. Ditambah pula terbitnya buku atau bunga rampai

                        berjudul  Angkatan  2000  Dalam  Sastra  Indonesia  yang  disusun  Korrie  Layun
                        Rampan dan sastrawan lainnya, dan juga diterbitkan Grasindo pada tahun 2000.

                             Angkatan  2000  merupakan  angkatan  unik  dalam  kesusastraan  Indonesia.
                        Kemunculannya diramaikan oleh para pengarang perempuan dengan jumlah yang

                        tak sedikit. Angkatan ini ikut memberi warna lain pada khasanah kesusastraan di

                        Indonesia karena menunjukkan sebuah periode dengan kebangkitan para sastrawan
                        perempuan. Dinilai demikian pun karena pada periode ini pengarang perempuan

                        tumbuh  dengan  subur  laksana  jamur  di  musim  hujan.  Mereka  adalah  para
                        pengarang muda dengan kompetensi imajinasi kreatif yang tanpa batas.
















                                                                                                      6
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17