Page 235 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 235
perempuan, sebagaimana yang dialami oleh para perempuan pada umumnya.
Misalnya peristiwa Irewa yang kerap kali mengalami keguguran akibat
kesehatannya yang semakin rentan karena sering hamil dan melahirkan tanpa jeda
waktu. Irewa juga kerap kali merasakan bagaimana sakitnya penyiksaan dari
suaminya beserta efek penyiksaan yang ditimbulkannya dalam bentuk rasa sakit
pada tubuhnya yang membuat Irewa harus terbaring berhari-hari. Kesemuanya itu
dituliskan (digambarkan) oleh Dorothea Rosa dengan pengungkapan sebagaimana
psikologis perempuan.
Citra diri tokoh Irewa dalam novel ini memiliki keterhubungan dengan jiwa
feminis yang terdapat dalam diri Irewa. Dengan karakter jujur, kuat, tabah, pejuang,
dan mandiri, menjadikannya sebagai seorang perempuan yang pantang menyerah
dalam menjalani kehidupannya yang keras. Melalui karakternya yang kuat, tabah,
dan pejuang maka Irewa dapat bekerja keras dengan berdagang untuk menghidupi
dirinya dan anak-anak yang juga harus disekolahkan dengan baik. Meskipun
suaminya, Malom Woss yang tidak bekerja, suka mabuk-mabukkan, suka bermain
perempuan, dan kerapkali melakukan tindak kekerasan pada dirinya, namun Irewa
menghadapinya dengan ketabahan dan keiklasan sebagai suatu jalan takdir. Dalam
pemikirannya hanyalah berjuang untuk membesarkan anak-anaknya hingga
berhasil. Dengan kejujuran, keuletan, dan keseriusannya, Irewa mendapat
kepercayaan dari camat Distrik Yar untuk menjadi guru keterampilan merajut
noken dan menjadi penyuluh kesehatan dalam penanggulangan serta pencegahan
HIV/AIDS bagi masyarakat Distrik Yar, Papua. Meskipun suaminya sudah tidak
bertanggung jawab terhadap dirinya dan anak-anaknya, Irewa juga sudah tidak
memikirkan Malom Woss dalam kehidupannya.
229