Page 233 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 233

di antara kedua masyarakat itu yang sudah lama bermusuhan untuk menjadikan

                        dirinya  sebagai  yonim.  Dengan  menjadi  seorang  yonim,  Irewa  tidak  bisa
                        memutuskan  sendiri  dengan  siapa  dirinya  ingin  menikah.  Dalam  hal  ini,  Irewa

                        ditetapkan oleh ketentuan yonim harus berjodoh dengan pria yang menculiknya,

                        yaitu dengan Malom Woss yang sama sekali tidak dicintainya. Padahal keluarganya
                        pun  telah  mengetahui  bahwa  Irewa  tengah  membangun  sebuah  rencana  masa

                        depannya  dengan  Meage,  tunangannya.  Kedua,  berdasarkan  aturan  adat  bahwa
                        perempuan yang sudah menjadi seorang istri diberi tugas dan tanggungjawab yang

                        dirasakannya lebih banyak dan lebih berat dari laki-laki. Keempat, Irewa dipaksa

                        harus  melahirkan  anak  sebanyak-banyaknya  terutama  anak  laki-laki  yang
                        diharapkan Malom sebagai harta untuk bisa dijadikan prajurit pada saat perang dan

                        sebagai  penerus kepemilikan wilayah  adat.  Sementara Malon  melakukan  tindak
                        kekerasan seksual dengan tak mengindahkan hak-hak kesehatan reproduksi pada

                        Irewa. Bahkan Setelah beberapa hari melahirkan Irewa dipaksa Malom melakukan
                        hubungan badan, dan apabila menolak Irewa menolak Malom tak segan menyiksa

                        Irewa.

                             Irewa kerap mengeluhkan betapa beratnya menjadi seorang perempuan Papua
                        yang  telah  menikah.  Perempuan  bersuami  memiliki  beban  dan  tanggung  jawab

                        yang lebih besar dibanding kaum laki-laki yang hanya bertanggung jawab pada
                        pekerjaan perang dan berburu. Pekerjaan itupun dilakukan kaum laki-laki manakala

                        terjadinya  perang,  sementara  pekerjaan  berburu  tidak  dilakukannya  setiap  hari.

                        Kaum perempuan selain melahirkan dan menyusui, mereka harus mencari makan
                        di  ladang  dan  hutan,  berkebun,  beternak,  serta  mengerjakan  berbagai  pekerjaan

                        rumah  tangga.  Apalagi  setelah  kelima  anak  Irewa  semakin  besar,  dirinya  harus
                        menyediakan  pakaian,  membeli  alat  dapur,  dan  mengupayakan  bayaran  uang

                        sekolah untuk anak-anaknya. Sementara Malom sebagai suami, tidak ada pekerjaan

                        yang  diupayakannya,  setelah  mereka  pindah  ke  kota  distrik.  Malom  dalam
                        keseharinnya  hanya  bisa  menghabiskan  uang  penjualan  tanah,  babi,  dan  sisa

                        pembayaran rumah yang dijual untuk mabuk-mabukan dan bermain perempuan.
                        Padahal, Irewa dinikahi Malon dengan dibeli oleh harta adat (babi), dan harta itu







                                                                                                    227
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238