Page 232 - CITRA DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM TUJUH NOVEL TERBAIK ANGKATAN 2000
P. 232
perempuan yang memiliki daya tarik dan didambakan kebanyakan laki-laki di
masyarakatnya.
Irewa adalah perempuan dengan yang dicitrakan dengan segudang karakter
baik. Dia memiliki jiwa yang tenang, sabar, dewasa, dan selalu berpikiran jernih.
Irewa juga memiliki tingkat moral yang tinggi dengan mampu membedakan antara
perbuatan baik dan buruk serta benar dan salah. Ketaatan Irewa yang kuat adalah
kepercayaannya yang sangat tinggi terhadap ajaran nenek moyang. Hal itu,
menjadikannya sebagai pedoman dalam menjalani hidup yang lurus dan tenang.
Irewa adalah perempuan yang cerdas, kritis, jujur, tabah, dan pejuang
kehidupan. Bahkan Ibu Selvia, camat di Distrik Yar semakin mempercayai Irewa
untuk menjadikannya sebagai guru keterampilan dalam membuat kerajinan noken
bagi remaja-remaja perempuan di Distrik Yar. Irewa juga diberi kepercayaan lagi
oleh Ibu Selvia menjadi petugas penyuluh kesehatan dalam penanganan HIV/AIDS
bagi masyarakat Distrik Yar. Irewa pun telah mengiklaskan kehidupan yang
dijalaninya bersama Malon. Atas kondisi yang terjadi dengan rumah tangganya
menjadikan Irewa tegar dan mandiri. Dengan upaya berdagang di pasar, menjadi
guru merajut noken, dan menjadi petugas penyuluh kesehatan, membuat Irewa
mampu bangkit dari keterpurukkan. Tekad Irewa adalah memperjuangkan
pendidikan anak-anaknya dan memajukan kaumnya di Distrik Yar terutama dalam
peningkatan ekonomi dan kesehatan.
Novel Isinga: Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany, menampilkan
tokoh utama seorang gadis yang bernama Irewa. Walaupn masih berusia 15 tahun,
namun Irewa adalah seorang perempuan belia yang mulai mengerti pentingnnya
pendidikan bagi kaum perempuan. Dengan pendidikan, Irewa menanamkan
harapan bagi kaum perempuan di kampungnnya agar dapat membebaskan diri
mereka dari budaya patriarkhi yang masih melekat dalam masyarakatnya. Dalam
pandangan Irewa, ketentuan adat budaya patriarkhi dianggap telah lama merugikan
dan merendahkan martabat kaum perempuan di suku-suku kaki pegunungan
Megafu dan Hobone. Pertama, ketentuan adat yang mengharuskan dirinya menjadi
yonim (juru damai perang antar suku). Padahal Irewa sangat menentang keputusan
226