Page 7 - A Man Called Ove
P. 7
A Man Called Ove
Ove memandang kotak itu dengan sangsi, seakan itu
semacam kotak yang sangat mencurigakan, kotak yang
mengendarai skuter, bercelana training olahraga, menyebut
Ove “sobatku” lalu menawarinya arloji untuk dibeli.
“Aku tahu. Jadi, ini komputer, kan?”
Asisten penjualan mengangguk. Lalu dia bimbang dan
cepat-cepat menggeleng.
“Ya … atau, maksud saya, itu iPad. Sebagian orang
menyebutnya ‘tablet’ dan yang lain menyebutnya ‘alat
peramban’. Ada berbagai cara dalam memandangnya ….”
Ove memandang asisten penjualan seakan pemuda itu
baru saja bicara secara terbalik, lalu kembali mengguncang-
guncang kotak itu.
“Tapi ini barang bagus, kan?”
Asisten itu mengangguk kebingungan. “Ya. Atau …. Apa
maksud Anda?”
Ove mendesah dan mulai bicara perlahan-lahan,
mengucapkan kata-katanya seakan yang menjadi masalah
di sini hanyalah gangguan pendengaran lawan bicaranya.
“Ini. Barang. Bagus. Kaaaaaaan? Ini komputer bagus?”
Asisten itu menggaruk-garuk dagu. “Maksud saya … ya
… ini sungguh bagus … tapi tergantung dari jenis komputer
apa yang Anda inginkan.”
Ove memelototinya. “Aku mau komputer! Komputer
normal sialan!”
Keheningan melingkupi kedua lelaki itu selama beberapa
saat. Asisten itu berdeham.
2