Page 12 - Flipbook Konservasi Elang Jawa
P. 12
apabila terjadi gangguan terhadap mereka maka akan menyebabkan
rantai dan jaring-jaring makanan dalam ekosistem tersebut akan ikut
terganggu baik secara langsung maupun tidak langsung (Ridwan et al.,
2014). Adapun menurut (Poirazidis et al. 2007 dalam (T. W. Widodo
et al., 2020)) menyebutkan bahwa elang jawa sering dianggap sebagai
spesies kunci, dan menurut (Hiraldo et al, 1995 dalam (T. W. Widodo
et al., 2020)), raptor (burung pemangsa) seperti elang jawa memiliki
peranan penting dalam mengontrol penyakit di suatu wilayah.
Menurut (Ridwan et al., 2014), dalam beberapa tahun terakhir,
daerah sebaran elang jawa sudah terfragmentasi sehingga pada saat ini
diperkirakan hanya tersisa sekitar 10% dari luas sebaran sebelumnya,
dan terjadi peningkatan ancaman terhadap populasi elang jawa di
sebelah barat dan timur Pulau Jawa yang akan terpisah antara satu sama
lain. Selain itu, adapula ancaman lainnya yaitu perdagangan liar elang
jawa yang sangat tinggi, hal tersebut menyebabkan populasi elang jawa
cenderung semakin menurun. Status elang jawa pada IUCN redlist
2016 adalah endangered (EN) atau terancam yang artinya status
konservasi untuk spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di
alam liar yang tinggi pada waktu dekat, sedangkan status elang jawa
berdasarkan CITES tergolong pada Apendix I (Natalia Sitorus &
Jarwadi Hernowo, 2017) yang artinya termasuk ke dalam daftar seluruh
spesies tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk
perdagangan internasional.
Berdasarkan berbagai ancaman yang telah disebutkan di atas,
maka elang jawa dijadikan sebagai satwa yang dilindungi oleh
Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa (Natalia Sitorus & Jarwadi Hernowo, 2017), dan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018
7