Page 197 - RBDCNeat
P. 197
Meski demikian, aku tetap tidak mau mundur. Aku ingin terus
melanjutkan perjalanan sampai garis finis.
Namun, panitia terus menghubungi temanku untuk
membujukku agar mau dijemput dan tidak melanjutkan
perjalanan. Aku kemudian berfikir, “Kalau nanti penitia
menelepon lagi, aku akan berbicara langsung kepada panitia
‘Teh, tenang saja. Insya Allah Dini bisa dan kuat. Kalau nanti
Dini di tengah jalan tidak kuat lagi untuk berjalan, tolong Dini
jangan dibantu dan jangan digendong, tapi tinggalkan saja Dini
di mana pun itu tempatnya’.” hati ini. Aku takut beliau akan
melarangku untuk melanjutkan perjalanan lalu menelepon
panitia agar menjemputku. Saat melihat Kang Agus, salah
satu temanku berkata, “Kang, ini Dini pengen ikut hiking.”
Sambil tersenyum Kang Agus berkata. “Gak papa, jalannya
pelan-pelan saja.”
Aku ingin terus maju. Tanpa terasa, rombongan kami pun
sampai setengah perjalanan. Akhirnya kami sampai di suatu
posko. Panitia yang bertugas di posko tersebut adalag Kang
Agus, penyiar radio MQFM. Ketika aku melihat beliau, “Ya
Allah ya Rabbi, rasanya tegang sekali”
Namun Alhamdulillah, ternyata apa yang aku ikhawatirka
tidak terjadi karena Kang Agus mengizinkanku melanjutkan
perjalanan. Lalu, Kang Agus membantuku untuk menyeberang
jembatan yang sangat kecil. Ketika itu, ada salah satu Mama
yang sudah agak capek dan berkata, “Harusnya kegiatan ini
untuk laki-laki saja.” Aku hanya membatin, “Memang saat itu
sangat lelah, tapi kita para akhwat dan Mama-Mama juga
harus bisa membuktikan kepada para ikhwan bahwa kita juga
Roda Berputar dalam Cahaya | 161