Page 323 - RBDCNeat
P. 323
yang kami kendarai lagi-lagi kempis bannya. “Ya Allah... ada
apa ini? Aku mau ujian di kampus. Lancarkan perjalanan
ini ya Allah.”. Saudaraku kembali melajukan motor sambil
menboncengku. “Ya Allah... mungkin ini perjuangan dan ujian
untukku, padahal hari-hari sebelumnya perjalanan menuju
kampus lancar-lancar saja. Namun, kenapa saat aku akan
menghadapi UTS perjalanan menuju kampus seakan-akan
tersendat-sendat. Ya Rabb... berikan hamba kekuatan dalam
menapaki jalan perjuangan ini! Tegarkanlah hamba!”
Lagi-lagi kami harus mencari tukang tambal ban.
Alhamdulillah, dengan penuh perjuangan saudaraku yang
mengendarai motor, akhirnya kami bisa menemukan kembali
tukang tambal ban. Ternyata ujian dari Allah untukku tidak
hanya sampai di situ. Setelah dicek, ternyata ban motor tidak
bisa ditambah angin atau ditambal tapi harus diganti dengan
ban baru, sedangkan tukang tambal bannya tidak memiliki
persediaan ban yang cocok untuk motorku. Otomatis kami
harus mencari toko yang menjual ban. Sepagi itu toko-toko
belum ada yang buka, apalagi toko yang menjual ban. Kami
mulai bingung, apalagi aku akan UTS, apa pun yang terjadi
aku harus masuk kuliah.
Akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan motor
di tukang tambal ban lalu melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan anggkot. Baru beberapa menit di dalam angkot,
aku sudah tidak kuat ingin muntah karena sudah lama tidak
naik angkot. Kami hrus mencari alternative lain. Akhirnya
becak menjadi pilihan. Aku naik becak dari Gedebage ke UIN
meski uang di dompetku pas-pas, belum lagi untuk membeli
Roda Berputar dalam Cahaya | 287