Page 85 - RBDCNeat
P. 85
terpendam dalam diri setiap muridnya.
Barangkali selama ini yang ada dalam benak kita kalau
mendengar kata “SLB”, akan terbayang anak-anak yang tidak
bisa apa-apa dan tidak punya masa depan yang cerah. Bahkan
ada pula yang menyebut SLB sebagai sekolah anak-anak yang
gila. Tentu itu semua tidak benar. Anak-anak di SLB sama
seperti anak lain, mereka juga memiliki masa depan. Hanya
saja mereka harus mendapatkan perlakuan yang khusus dari
orang-orang yang mengajarnya.
Memang, anak-anak yang bersekolah di SLB tidak
memiliki IQ yang sama dengan anakanak pada umumnya.
Banyak di antara mereka memiliki IQ di bawah rata-rata. Di
sinilah peran SLB menjadi penting.
Anak berkebutuhan khusus dengan IQ di bawah rata-rata,
mudah sekali merasa jenuh dan tidak bisa diajak terus belajar.
Mereka bisa saja malah menangis karena tidak kuat. Untuk
mereka, materi pelajaran disampaikan dengan membuat
keterampilan tangan atau dengan banyak bermain.
Guru-guru menilaiku mampu menerima pelajaran dengan
baik. Karena itu aku didorong untuk lebih banyak belajar
dibandingkan dengan teman-teman lain yang lebih banyak
bermain atau membuat ketrampilan tangan. Ini menjadikan
aku lebih unggul pada pengetahuan umum. Temantemanku
yang lain, ada yang tak mampu belajar, tapi unggul dalam
kemampuan kinestetiknya, seperti olahraga atletik. Mereka
pun bisa menjuarai perlombaan.
Di balik ketebatasan yang Allah berikan kepada hamba-
Roda Berputar dalam Cahaya | 49