Page 267 - modul pelatihan meri
P. 267
yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak
berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).
Penulis di sini akan menjelaskan dampak penerapanTPACK
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di daerah tertinggal.
Pendidikan tidak sebatas transfer informasi saja melainkan suatu
usaha untuk menemukan ilmu pengetahuan. Mengutip pendapat
Waseso,(2018,p. 61) Von Glasersfeld mengatakan dalam perspektif
kontruktivis, belajar bukan perwujudan stimulus-respon melainkan
pengaturan diri dan pembentukan struktur koseptual melalui refleksi
dan abstraksi. Terdapat banyak tantangan bagi Negara berkembang
untuk menyediakan layanan pendidikan yang baik, terutama di
daerah pedesaan dan daerah terpencil atau tertinggal. Indonesia tidak
terkecuali. Walaupun akses pendidikan dasar di Indonesia telah
mencapai partisipasi universal, tetapi kualitas layanan pendidikan dan
hasil belajar peserta didik masih rendah.
Berbanding terbalik dari realitas siswa di kota atau pedesaan,
yakni siswa desa terpencil kurang dalam kemampuan berbahasa
Indonesia baik dalam proses pembelajaran, maupun dalam bahasa
sehari-hari. Hal ini di karenakan kurangnya menerapkan bahkan
kurangnya mengenal bahasa Indonesia yang benar, maka perlu di
lakukan sebuah upaya untuk mengenalkan kemudian mengajarkan
bahasa Indonesia kepada para siswa di desa terpencil sebagai upaya
untuk menjadikan bahasa Indonesia lebih di kenal di kalangan siswa
daerah terpencil sehingga mampu mengembalikan hakikat bahasa
Indonesia sebagai bahasa kesatuan.
Di sadari atau tidak tergantikannya bahasa Indonesia oleh
bahasa daerah (sumba) saat proses pembelajaran ataupun sebagai
bahasa keseharian itu semakin membuat para siswa lebih nyaman
menggunakan bahasa daerah dan menjadi bahasa asing dengan
Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis ‘TPACK’ 259