Page 95 - KUMPULAN CERPEN X-DKV 2
P. 95

Pengambilan rapor kelulusan tiba. Aku pun lulus dari SMK itu, aku sangat
               senang sekali bisa lulus sekolah. Tapi, aku tidak sengaja menemukan sebuah surat
               di selipan buku rapor ku. Surat itu berisi tulisan mengenai perasaan seseorang

               kepada ku. Tapi disurat itu tidak dituliskan siapa penulisnya, dan kalimat yang
               membuat ku bertanya-tanya yaitu “Tunggu saya dimasa depan nanti.” Aku tak
               mengerti maksudnya. Aku hanya berusaha untuk tidak peduli lagi tentang hal yang
               berkaitan dengan perasaan, aku berusaha melupakan surat itu walaupun didalam
               diriku juga masih bertanya-tanya siapa orang yang memberikan surat itu. Aku
               memutuskan untuk bekerja dan sambil berkuliah. Aku sangat sibuk sekali, aku

               harus bekerja dan juga mengerjakan tugas-tugas kuliah. Aku juga lebih focus untuk
               memperbaiki diriku. Sampai aku lupa dengan perasaan ku kepada Pak Riyo. Pada
               saat itu aku juga tidak ingin memikirkannya. Aku merasa perasaanku kepada Pak
               Riyo sudah tidak ada lagi. Aku lebih memilih untuk focus ke pekerjaan dan kuliah
               ku. Aku tak peduli lagi tentang cinta, aku juga tak peduli bagaimana kabar Pak

               Riyo saat itu.

                     2 Tahun kemudian, kini aku sudah mencapai kuliah semester 5. Aku sudah
               mulai melakukan praktik KKN. Aku bertugas KKN di SMK Suka Maju, daerah
               Jawa Barat. Ku berjalan di selasar lantai sekolah, aku berjalan dengan terburu-buru
               dan sambil menatap layar ponsel. Tiba-tiba…”DUGHH..” aku menabrak seorang
               guru laki-laki. “Astaghfirullah, maaf pak. Saya tidak sengaja. Ini bukunya saya

               beresin lagi pak.” Aku langsung merapikan buku itu dengan rasa tidak enak dan
               terburu-buru. “Oh iya, nggak apa-apa Kia.” Jawab guru itu sambil tersenyum. Aku
               menoleh kearah guru itu, kami bertatap-tatapan. “Eh, bentar…PAK RIYO?!?!!”
               Aku kaget setelah mengetahui bahwa guru itu adalah Pak Riyo. Aku hanya terdiam
               dan Pak Riyo tersenyum dengan senyuman manisnya, “Halooo, kok diem aja?”
               Pak Riyo bertanya dan melambaikan tangannya ke depan wajahku yang terdiam.
               “Eh, maaf pak. Saya cuman bingung aja kok bapak bisa disini?” Tanya aku. “Haha,

               udah ayo bangun dulu. Jangan bengong mulu disini.” Pak Riyo membantuku untuk
               bangun dengan mengulurkan tangan. Setelah itu kami duduk bersama untuk
               berbicara sebentar. Dari perbincangan itu, aku tahu kenapa ada Pak Riyo di
               sekolah itu, Pak Riyo ternyata pindah mengajar di sekolah itu.








                                                                                                           94
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100