Page 26 - Si Kerongo
P. 26
mayat ibunya yang mati terbakar. Dengan berhati-hati
Kerongo mengangkat dan memikul bangkai rusa itu untuk
dibawa pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, sambil
menangis tersedu-sedu, Kerongo mengambil pakaian ibunya
yang biasa dipakai pada saat upacara di Istana Maharaja
Aji. Ia memakaikan baju tersebut kepada bangkai rusa yang
dikiranya mayat ibunya itu. Anehnya, tidak satu pun baju
yang cocok dikenakan, padahal Kerongo ingin ibunya pergi
menghadap yang Mahakuasa dengan pakaian yang rapi.
Semua baju, gelang, dan perlengkapan lainnya tidak ada
yang cocok dengan tubuh bangkai rusa itu.
”Huk, huk, huk,... bagaimana ini? Ibu maafkan aku
karena menyebabkanmu celaka. Bahkan, mayatmu terlihat
sangat buruk sehingga pakaianmu yang bagus tidak pantas
lagi kau kenakan.” Kerongo menangis sesenggukan. Pada
saat itu tiba-tiba sang ibu muncul di depan pintu. Rupanya
ibu terlambat pulang karena sebelumnya bertandang ke
rumah Kilip, tetangganya, untuk meminta benih padi yang
akan ditanam di huma yang baru dibakar itu. Ibu terheran-
heran melihat tingkah laku Kerongo yang tengah memakaikan
baju pada bangkai seekor rusa.
“Hai Kerongo, mengapa kamu menangis? Apa yang
sedang kau lakukan dengan hewan yang telah gosong
itu?” teriak ibu Kerongo kepada anaknya yang sedang
14