Page 27 - Si Kerongo
P. 27

sesenggukan meratapi bangkai rusa yang dikiranya adalah
            mayat ibunya itu. Kerongo segera memalingkan mukanya,
            mencari suara yang sangat dikenalinya. Betapa terkejutnya

            ia setelah melihat ibunya masih hidup dan tengah berdiri di
            hadapannya.

                 “Ibu...Ibu...huhuhu....” panggil Kerongo sambil
            menangis makin kencang.
                 “Ternyata Ibu masih hidup?” Si Kerongo berlari menuju

            ibunya dan memeluk tubuh ibunya erat-erat.
                 “Ya, Ibu masih hidup dan yang kamu dandani adalah
            bangkai rusa. Coba kamu lihat bangkai itu baik-baik!” Dengan

            malu-malu Kerongo melihat lagi bangkai rusa yang sudah
            gosong tersebut dan tersipu di depan ibunya. Meskipun
            marah, sang ibu sebenarnya terharu melihat kelakuan

            anaknya itu. Dari kekhawatiran Kerongo akan keselamatan
            dirinya, sang ibu melihat kesungguhan rasa sayang Kerongo.

                 “Syukurlah Ibu masih hidup. Kukira Ibulah yang mati
            di tengah huma kita itu karena sampai api padam Ibu tak
            ada di sekitar huma,” kata si Kerongo polos dengan air mata

            yang masih berderai di pipinya.
                 “Sudahlah, Nak,” kata sang ibu menenangkan Kerongo.

            “Sekarang berdirilah dan panggillah Raja Belau untuk
            membantu kita menguliti, menyiangi, dan memasak daging
            rusa ini! Kita berdua tidak akan sanggup dan tidak punya





                                          15
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32