Page 49 - Misteri Banteng Wulung
P. 49
segar membanjir di atas tanah. Hal itu menciptakan
pemandangan mengerikan. Langit pun seperti berduka.
Matahari terasa enggan untuk bersinar dan bersembunyi
di balik awan tebal. Hal ini menambah suasana bertambah
mencekam. Sementara pertempuran antara hidup dan mati
masih berlangsung dengan dahsyat.
Di atas seekor kuda yang besar, Raja Jonggring
mengamuk. Pedangnya yang tajam terayun-ayun memakan
puluhan korban jiwa. Tampak wajahnya memerah karena
diguyur amarah. la benar-benar ingin menumpas habis
pasukan Giri Kancana dan Sumberkarang. Hatinya masih
terasa sakit karena dikalahkan oleh sang pengantin pria,
yang ternyata adalah Raden Jaya Purnama. Oleh karena itu,
ia mengamuk membabi buta. Sepak terjangnya benar-benar
membuat nyali menciut.
Sementara itu, Patih Jaya Santana dan Senapati
Suryaganda juga mengamuk. Pedang di tangan mereka
meliuk-liuk mencari mangsa. Setiap sambaran pedangnya
selalu memakan korban jiwa. Kuda yang ditunggangi
keduanya berlari ke sana ke mari mengejar pasukan lawan.
Di tengah hiruk pikuk pertempuran tersebut,
muncullah seekor Banteng Wulung mengamuk bagaikan
42