Page 48 - Si Cantik dan Mentri Hasut
P. 48
subhanahu wataala menambah budi bicara kita sehingga Raja tidak
akan menyesal di kemudian hari!”
Membaca surat itu, Mahsyud Hak berpikir, “Benar juga
apa yang dikatakan tuan Putri! Kemudian, ia berkata kepada
istrinya, “Benarlah kata Tuan Putri Marika Dewi di dalam suratnya
itu. Istriku, kata orang bijaksana kalau suatu bahaya datang atau
datang murka raja sebaiknya kita berlindung dahulu. Kita pergi
sampai murka baginda hilang. Sekarang saya akan pergi dahulu
meninggalkan rumah ini.”
Setelah Mahsyud Hak berpesan kepada istrinya, ia turun
lalu berjalan menuju arah utara. la terus berjalan mengikuti kakinya.
Ketika bertemu dengan orang tua penempa periuk belanga, ia
berpikir, ”Baiklah aku berbuat khidmat kepada orang penempa
periuk belanga ini agar aku dapat makan pagi dan petang. Kalau
aku mencari pekerjaan di tempat lain, niscaya dilihat orang. Kalau
kedengaran kepada raja, niscaya aku dipanggil raja!”
Setelah berpikir demikian, Mahsyud Hak masuk ke dalam
tempat orang menempa periuk belanga itu. Melihat Mahsyud Hak
masuk, orang tua itu menyapanya,
“Dari mana Anakku datang? Kulihat rupamu terlalu baik:”
“Hamba ini yatim piatu, hamba hendak mengabdi kepada
Tuan hamba.”
Orang tua penempa periuk belanga itu sangat suka cita
hatinya mendengar jawaban Mahsyud Hak. Katanya, ”Hai Anakku,
aku pun sebatang kara tiada sanak keluarga. Jikalau Anakku mau
41