Page 127 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 127
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Taqlid
ّ
َّ
ً
Istilah taqlid berasal dari qollada- yuqollidu- taqlidan(َدْيِلقَت - َ َدِلقُي – َ ََدلَق) yang
ا
berarti mengikuti, meniru, dan mengikat . Kemudian dalam istilah agama dipergunakan
dalam arti: mengikuti pendapat orang lain yang diyakini kebenarannya sesuai dengan Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Ada sebagian pendapat ulama’ ahli bahasa menjelaskan bahwa
istilah taqlid berasal dari qiladah yang berarti kalung atau rantai yang diikatkan pada
yang lainnya. Sadangkan menurut istilah (terminologi) taqlid adalah:
َ َهلاقَنيأَنمَملعتَلََّتنأوَلئاقلاَلوبقَوهَديلقتلا
Artinya: “Taqlid ialah menerima atau mengikutinya terhadap pendapat orang
lain,sadangkan engkau tidak mengetahui atas dasar apa dia berpendapat demikian”.
Adapun Taqlid menurut pendapat Hasbi al-Shiddieqy adalah:
. اهنمَةجحَلَبَةيعرشلاَججحلاَىدحاَهلوقَسيلَنمَلوقبَلمعلا
Artinya: Mengamalkan pendapat orang yang pendapatnya itu bukan suatu
hujjah syar’i yyah tanpa ada hujjah.
Menurut Imam al-Ghozali Taqlid ialah menerima perkataan tidak dengan
alasan/hujjah. Jadi menerima pendapat orang lain tanpa mengetahui dasar
pengambilannya dinamakan taqlid. Sedangkan orang yang menerima pendapat
dinamakan muqallid. Menurut para ulama hukum bertaqlid bagi orang yang mampu
berijtihad sendiri hukumya haram. Inilah yang dimaksudkan dengan ungkapan Imam
Ibnu Hazm yang menyatakan bahwa bertaqlid hukumnya haram. Sedangkan bagi selain
mujtahid baik orang awam maupun orang yang sudah alim tapi belum memenihi syarat
ijtihad maka hukumnya wajib. Dalam hal ini orang alim dan orang awam sama-sama
wajib bertaqlid.
Dalam hal ini Dr. Said Romadlon mengutip pendapat Imam Ibnul Qayyim yang
disetujui oleh beberapa para ulama sebagai berikut: “Bahwa telah
lengakapnyakitab-kitab Assunah saja belun cukup untuk dijadikan andasan fatwa, tetapi
jugadiperlukan adanya tingkat kemampuan istinbat dan keahlian berfikir. Bagi
yangtidak memliki kemampuan tersebut, maka ia berkewajiban mengikuti firman
AllahSWT. Yang terdapat dalam Q.S. an-Nahl ayat 43, yang berarti harus bertaklid”.
Ibnu Khaldun juga menjelaskan bahwa tidak semua sahabat itu ahali fatwa, begitu pula
USHUL FIKIH - KELAS XII 118