Page 130 - USHUL FIKIH_INDONESIA_MAPK_KELAS XII_KSKK
P. 130
۟
َ ۟
ّ ٌ
َ َّ
َ
َ
۟ َّ
َمُهل َ علَمهْيلإَاو َ ُعَجرَاَذإَمُهم ْ وَقَاو ُ رِذنُيِلوَنيِّدلٱَىِفَاوُهقَفَتَيِلَةَفِئ اطَمُهْنِّمٍَةَق ْ رِفَ ِلُكَنِمَرَفَنَ َ لَّ ْ ولَف
ّ
ْ
َ
ْ
َ
َ ْ ِ ِ
َ ِ
ِ ْ َ
ََنوُرَذْحَي
Artinya: Kenapa tidak keluar sebagian dari setiap golongan di antaramereka
untuk mendalami pengetahuan agama dan mengajari(memperingatkan) kaumnya
setelah mereka kembali.
Karena sebagian yang tahu pengetahuan agama dan banyak yangtidak tahu, maka
yang tidak tahu itu disuruh bertanya kepada yangtahu, sebagaimana difirmankan Allah
dalam surat an-Nahl(16): 43:
َ
َ ۟ ُ
ّ
ََنوُملْعَتَ َ لََّمُتنُكَنإَرْكِذلٱََلْهأَاولـْسَف
ِ ِ
ْ
Artinya: Bertanyalah kepada para ahli ilmu, jika kamu tidakmengetahui.
Oleh karena adanya isyarat-isyarat Al-Qur’an yang di satu segi melarang ber-
taqlîd dan dari segi lain mengisyaratkan menyuruh untuk ber-taqlîd, maka terdapat
perbincangan yang meluas di kalangan ulama tentang taqlid tersebut. Perbincangan
ulama dalam hal ini adalah:
Pertama, tentang apakah taqlîd itu dapat menghasilkan suatu ilmu yang
membawa kepada tingkat yakin? (1) .Al-Ghazali menjelaskan bahwa taqlîd itu buknalah
suatu cara yang dapat membawa kepada ilmu yang meyakinkan, baik dalam hal-hal yang
berkenaan dengan ushuluddin, maupun dalam bidang syariah; (2).Golongan Hasyawiyah
dan Ta’limiyah berpendapat bahwa cara untuk mendapatkan yang hak atau kebenaran itu
hanya lah melalui taqlîd. Karena itu wajib ber-taqlid dan haram hukumnya berijtihad
dengan menggunakan nalar.
Al-Ghazali membantah pendapat kedua ini dengan dua alasan: (a). Kebenaran
seorang muqallid tidak dapat diketahui secara dharûrî (nyata) kecuali dengan dalil, baik
melalui mukjizat dan kebenaran wahyu atau melalui kabar dari Nabi; (b). Ada
kemungkinan diketahui secara dharuri kesalahan muqallid itu, karena kalau ia
dinyatakan salah, maka mengandung arti terdapat kesalahan dalam mazhab yang
diikutinya itu.
Kedua, tentang boleh tidaknya taqlîd dalam bidang ushuluddin atau hal-hal yang
bersifat ‘aqliyat, karena ushuluddin (‘akidah) itu sendiri harus didasarkan pada
keyakinan. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama: (1).
Kebanyakan ulama berpendapat tidak boleh ber-taqlîd dalam bidang ushuluddin. Hal ini
dikuatkan oleh al-Razi. Ketidakbolehan ber-taqlîd dalam bidang ini berlaku untuk
USHUL FIKIH - KELAS XII 121