Page 18 - Aku Anak Kajang
P. 18
Kak Aldino manggut-manggut mendengar
penjelasan ayahku. Sikap kikuk dan rada ketakutan
mulai hilang dari wajahnya. Bukan hanya Kak Aldino,
setiap orang yang pertama kali datang ke kampungku
akan mengalami hal yang sama. Itu karena kampungku
memang beda daripada kampung-kampung yang ada di
luar sana.
“Kamu dapat menemaniku jalan-jalan keliling
kampung kan selama saya di sini?”
“Siap, Kak! ”
Kak Aldino seusia dengan kakakku yang berumur
dua puluh tahun. Hanya saja, kakakku kelihatan lebih
kekar dibandingkan dengan Kak Aldino. Itu karena Kak
Pandi, kakakku, tiap hari bekerja di kebun.
Anak laki-laki di kampungku memang harus
pintar berkebun dan membuat rumah, sedangkan anak
perempuan harus pintar menenun dan memasak. Aku
yang masih kelas V saja sudah sering membantu ayah
di kebun. Meskipun hanya sekadar membuang rumput
dan mengumpulkannya di pematang sawah. Aku juga
sudah dapat menanam padi, meskipun belum mahir.
Namun, aku belum dapat membuat rumah, masih sebatas
memperhatikan jika ada warga yang mendirikan rumah.
10