Page 49 - Aku Anak Kajang
P. 49

Aldino serius mendengarkan ceritaku tentang

            adat Kajang yang berupa ritual saat ada  warga
            yang  kehilangan  barang berharga.  Kasus  kehilangan

            tidak ditangani polisi, tetapi  ditangani pemimpin  adat.
            Penangkapan  pencuri    pun  tak  biasa, bukan  dengan

            mencari, mengejar, lalu menginterogasi melainkan
            dengan ritual tunu panroli dan tunu passau.


                     Tunu  panroli dilakukan  dengan cara membakar
            linggis  hingga membara,  lalu  satu  per satu warga

            didatangkan untuk  memegang linggis  panas tersebut.
            Warga yang tidak bersalah tidak akan merasakan panas

            sedikit pun. Sebaliknya, tangan sang pencuri  akan
            melepuh saat memegang linggis panas tersebut.


                     “Kalau  tunu  passau?” serang Kak  Aldino tak
            sabar ketika aku menghentikan sejenak ceritaku untuk

            menyeruput kopiku yang tak lagi panas.


                     Tunu  passau  dilakukan  jika  pencuri  tak  ada
            di  acara  tunu  panroli  atau bahkan  melarikan  diri  dan

            bersembunyi.  Dalam proses  tunu  passau  ini,  ammatoa
            dalam hal ini pemimpin adat akan  membakar kemenyan

            dan membacakan doti atau mantra yang akan membuat
            pencuri meninggal dengan penyakit tak wajar di tempat

            persembunyiannya.




                                                                          41
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54