Page 122 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 122
108
Literasi sebagai Ancaman
Pendidikan adalah kendaraan untuk meningkatkan
mobilitas ekonomi dan status sosial. Amanat ini termaktub
dalam konstitusi negara. Pembukaan UUD 45 misalnya
mencantumkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun bagi sebagian
orang, pendidikan BMI—dalam hal ini aktivitas literasi
ROSDA
mereka—menjadi semacam ancaman. Hal ini dikisahkan para
BMI dalam karya mereka yang sudah diterbitkan hubungan
kekuasaan antara majikan-pembantu.
Contoh representasi literasi sebagai ancaman bisa
ditemukan di dalam memoir berjudul Catatan Harian
Seorang Pramuwiswa (2005) oleh Rini Widyawati. Memoar ini
menggambarkan pengalaman penulisnya selama menjadi
BMI di Hong Kong. Pengalamannya menjadi asisten sekaligus
juru ketik novelis perempuan Ratna Indraswari Ibrahim
banyak membentuk harapannya untuk suatu saat bisa menulis
buku. Sebagai buruh migran, Rini merasakan keterbatasan
ruang gerak yang membatasi kebebasannya. Rini menyikapi
keterbatasan ini dengan menyalurkan hobinya menulis secara
diam-diam. Baginya, menulis adalah sebuah obsesi untuk
berbagi cerita. Ironisnya, majikan Rini, seorang sopir truk,
tidak mengizinkannya untuk terlihat menganggur sedetikpun.
Meskipun apartemen majikannya kecil—yang menyisakan
tak banyak pekerjaan—dan Rini dapat menuntaskan semua
tanggung jawabnya hanya dalam waktu beberapa jam, dia
tak leluasa menulis untuk mengisi waktu luangnya. Agar
tidak tertangkap basah menulis, Rini harus bersiasat. Dia akan