Page 124 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 124
110
surat yang ditulisnya kepada Presiden SBY di bawah bantal,
karena khawatir akan ketahuan oleh majikannya. Dalam
cerita, surat tersebut tidak pernah sampai ke tangan presiden,
namun tercabik-cabik dan bersimbah darah. Minah ditemukan
meninggal karena digigit anjing-anjing piaraan majikannya
(Jaladara, 2010).
Tak jauh berbeda dengan Minah dalam cerpen Jaladara,
tokoh ‘aku’ dalam kisah “Cahaya Buat Penaku” karya Indira
ROSDA
Margaretha (2013) juga mengungkapkan betapa rumitnya
pemaknaan kegiatan menulis. Dia sering harus menulis dalam
kegelapan, dengan hanya mengandalkan cahaya laptop sebagai
penerangan. Bila ketahuan, kontrak kerjanya menjadi taruhan.
Meskipun begitu, tokoh ‘aku’ di sini lebih beruntung daripada
Minah. Majikannya memberikan dukungan atas kegiatan
menulisnya, meskipun orang tua si majikan melihat kesibukan
menulis sang tokoh sebagai ancaman.
Berbagai kisah dan pengalaman yang terungkap dalam
tulisan para BMI penulis menunjukkan bahwa mereka kerap
diposisikan sebagai subordinat. Sosok pembantu dipersepsikan
tidak seharusnya bertemu dengan praktik menulis kreatif,
yang merupakan salah satu kemampuan bahasa. Hal ini
menunjukkan keterkaitan yang erat antara bahasa dan
identitas. Penggunaan bahasa dengan benar dalam satu konteks
sosial dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan dan
melakukan hal yang benar, karena penggunaan yang benar
ini mencerminkan nilai dan perilaku yang berterima dalam
identitas sosial tertentu (Gee, 1990).
Sebagaimana bahasa erat kaitannya dengan identitas,
literasi juga berkaitan dengan identitas. Konsep ‘Diskursus’
yang diusung Gee bisa digunakan untuk mengemas hubungan