Page 155 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 155
141
adalah tulisan dan lagu-lagu yang mereka nyanyikan untuk
mengungkapkan isi hati mereka.
Praktik literasi dapat memediasi konstruksi identitas
kaum marginal. Dengan menulis tentang diri mereka, penulis
dapat meneguhkan citra mereka sebagai ‘sang protagonis’
baik protagonis yang terzalimi oleh sistem yang tak adil
maupun protagonis yang tampil sebagai pembela mereka
yang teraniaya dan memberikan solusi atas sebuah masalah.
ROSDA
Selain itu, dalam kasus anak jalanan, kegiatan menulis
memediasi anak-anak untuk membedakan diri sendiri dan
liyan (othering). Proses othering ini termasuk mendefinisikan
liyan sebagai kelompok yang lemah dan patut ditolong atau
sang antagonis—yaitu mereka yang melakukan hal-hal yang
mereka anggap destruktif. Hal ini terlihat dalam diskusi yang
difasilitasi staf LSM Pelangi ketika mendefinisikan tempat
yang aman dan tidak aman. Ketika mengategorikan sebuah
tempat tidak aman, anak-anak menggunakan kriteria bahwa
tempat tersebut dipakai oleh anak-anak yang lebih besar untuk
kegiatan ngerokok, ngelem, bahkan tindakan kriminal lainnya.
Opini ini menjadi menarik karena dinyatakan oleh anak-anak
di komunitas ‘seberang,’ yaitu mereka yang diprasangkai
sebagai anak-anak ‘nakal’ oleh anak-anak dan ibu-ibu yang
beraktivitas di daerah ‘sini.’ Hal ini jelas menunjukkan bahwa
batasan moral memainkan peran penting dalam proses
konstruksi identitas anak jalanan. Kegiatan literasi yang tak
hanya meliputi membaca dan menulis, tetapi juga berkreasi
dengan lagu, musik, mencurahkan gagasan dalam proses
diskusi, menjadi sarana yang efektif bagi kaum marginal untuk
memahami diri dan menyatakan identitas diri mereka. []