Page 158 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 158

144


            Pratiwi: Literasi sebagai

            Kapital Budaya




                 Literasi sudah lama dinilai sebagai salah satu tolok
            ukur bangsa yang modern. Literasi, baik sebagai sebuah
            keterampilan maupun praktik sosial, mampu membawa hidup
            seseorang ke tingkat sosial yang lebih baik. Meminjam teori
                   ROSDA
            Bourdieu (1985), pakar sosiologi dari Prancis, kemampuan
            literasi adalah salah satu contoh kapital budaya yang bisa
            menjadi alat untuk mengimprovisasi habitus. Kapital budaya
            bisa dipahami sebagai sarana untuk meraih status sosial
            budaya tertentu, misalnya gelar akademik, pengetahuan akan
            sesuatu, keterampilan, hobi membaca buku, dan selera musik
            tertentu. Sementara itu, konsep habitus ini bisa dipahami
            sebagai segala jenis aturan, norma, nilai yang sudah mengakar
            pada hidup seseorang, sehingga dia otomatis tahu apa yang
            harus dilakukan. Misalnya saja, seseorang yang merasa habitus
            kelas sosialnya adalah warga kelas dua, maka tanpa sadar dia
            akan berlaku selayaknya warga kelas dua. Nurut, pasif, minder,
            tidak banyak inovasi, waton mlaku. Tentu saja habitus ini bisa
            diubah (diimprovisasi), asal ada perubahan besar yang ingin
            dilakukan oleh sang bersangkutan.
                 Saya akan menghubungkan kedua konsep ini—
            improvisasi habitus dan kapital budaya—dengan praktik
            literasi BMI di Hong Kong. Kapital budaya dalam praktik
            literasi BMI bisa diwakili oleh karya-karya mereka yang
            telah dipublikasi, keterampilan dan kemampuan yang
            memungkinkan mereka menghasilkan tulisan, dan juga,
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163