Page 160 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 160
146
keberadaan perpustakaan koper dan perkembangan menulis
para BMI yang berjalan seiring.
Sebelum tertarik pada dunia kepenulisan, Bayu
menggambarkan dirinya sebagai seorang BMI yang minder
dan pemalu. Meskipun begitu, hobi membacanya tersalurkan
melalui kunjungannya secara rutin ke berbagai perpustakaan
koper. Sering ia menghabiskan waktu liburnya di Perpustakaan
Pusat Hong Kong, yang berada di seberang Victoria Park,
ROSDA
tempat berkumpulnya para BMI di hari Minggu. Keberadaan
perpustakaan-perpustakaan inilah yang menjadikan hobi
membaca Bayu tetap terjaga.
Kunjungan rutin Bayu ke perpustakaan koper membuka
jalan berkembangnya kapital budaya yang baru. Bayu
kemudian berubah peran menjadi penjual buku, dengan teman
sesama BMI sebagai pelanggan setianya. Pengetahuannya
yang luas tentang buku-buku yang ia jual (karena ia juga
membacanya) mendongkrak kemampuannya dalam
memasarkan jualannya di komunitas BMI di Hong Kong. Bayu
tahu buku atau novel mana yang sedang naik daun dan laris
penjualannya.
Popularitas novel-novel Islami di kalangan BMI-HK
mendorong rasa ingin tahu Bayu. Apa sebenarnya kunci
untuk menjadi penulis yang sukses. Salah satu novelis yang
karyanya disukai BMI Hong Kong adalah Taufiqurrahman
al-Azizy, penulis Syahadat Cinta (2007). Bayu kemudian
melakukan korespondensi dengan Taufiqurrahman. Dari
komunikasi inilah, ketika sang penulis kemudian diundang ke
Hong Kong, Bayu memperoleh tips menulis. Titik perubahan
semakin nyata, ketika Bayu memberanikan diri untuk menulis,