Page 162 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 162
148
mengirimkannya ke Taufiqurrahman untuk dikomentari,
dan juga ke media lokal berbahasa Indonesia di Hong Kong.
Ketertarikan Bayu terhadap dunia kepenulisan mendapatkan
wadahnya ketika dia kemudian bergabung dengan FLP cabang
Hong Kong.
Bila ketertarikan Bayu terhadap dunia kepenulisan dipicu
oleh pertemuan dan interaksinya dengan penulis ternama dari
tanah air, Ida meniti jalan yang sedikit berbeda. Kesadaran Ida
ROSDA
untuk mentransformasi diri tergugah ketika ia membaca koran
lokal, yang memberitakan tentang sekelompok penulis BMI
yang baru saja menerbitkan buku berjudul Hong Kong, Namaku
Peri Cinta (2005). Antologi ini adalah karya pertama FLP Hong
Kong, sejak komunitas ini berdiri pada tahun 2004. Buku
ini mengingatkan Ida kepada hobi menulisnya yang sudah
lama terkubur. Dalam pikiran Ida, para BMI yang tercantum
dalam antologi itu menghuni sebuah komunitas imajiner yang
lama dia impikan. Benedict Anderson (2006) menggunakan
istilah imagined community untuk menjelaskan adanya sebuah
komunitas, di mana para anggotanya tidak saling kenal,
tidak pernah bertemu, dan bahkan tidak pernah mendengar
namanya, namun mereka merasa bahwa mereka memiliki
visi, misi, dan impian yang sama. Merasa menjadi bagian dari
komunitas ini—BMI yang bisa menulis—Ida dibangunkan oleh
keberhasilan BMI yang sudah berhasil menulis. Maka Idapun
termotivasi untuk mengikuti jejak mereka. Dalam pikiran Ida
timbul banyak pertanyaan: “Siapa Wina Karnie dan teman-
temannya? Apa yang dia lakukan di Hong Kong? Bagaimana
dia bisa menulis dan menerbitkan buku? Di mana aku bisa
menemuinya?”