Page 172 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 172
158
penuturan Acik. Meski demikian, Tini menganggap bahwa
pekerjaan TKW memberi penghidupan bagi orang lain yang
merasa lebih tinggi statusnya. Itu dia ungkapkan ketika seorang
pengusaha PJTKI (sekarang PPTKIS) merendahkannya.”Kamu
tahu nggak, kamu itu cuman babu,” begitu tirunya. Tini
menimpali perlakuan itu dengan cerdas,“ Lho, bapak ini jangan
seenaknya menghina babu, bapak ini bisa makan juga dari
babu.”
ROSDA
HHN juga tak lupa mengambil sudut pandang
pengusaha PJTKI. Situasi Balai Latihan Kerja milik PJTKI,
tempat calon TKW yang belajar tentang pengasuhan anak,
belajar bahasa, dan saat proses pemberangkatan menjadi
bagian beberapa scene. Pelatihan seperti ini diperlukan untuk
menyiapkan calon TKW dengan kompetensi yang diperlukan
sesuai kontrak kerja. Pak Welem, sang pengusaha, mengatakan
bahwa dia dan beberapa koleganya juga menerapkan strategi
pelatihan yang sama untuk pembekalan. “Saya berharap
sebagai pengusaha, mereka tidak hanya berorientasi pada
keuntungan. Namun juga ada pertimbangan kemanusiaan dan
kepentingan sosial. Itu harusnya jadi tujuan utama.”
Potret pelatihan ini mengingatkan saya pada suasana
balai latihan kerja di kawasan Gempol di Jawa Timur. Sehari
sebelum terbang ke Hong Kong pada awal Januari 2013, saya
mendapat izin untuk melihat sendiri kondisinya yang bersih
dan cukup nyaman. Ada ruang pelatihan bahasa, pengasuhan
anak, perawatan orang tua, dapur, ruang makan untuk praktik
penyajian makanan, dan mesin cuci berbagai model. Salah
seorang manajernya, sebut saja Bu Puji, menyatakan bahwa
sebelum kontrak kerja turun, semua calon BMI memperoleh
semua jenis pelatihan. Begitu kontrak kerja turun, mereka

