Page 168 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 168
154
memandang bahwa perempuan tidak perlu kuliah. Paklik Ani
kebetulan berkuliah di sebuah perguruan tinggi pencetak guru
di Surabaya. “Kalau paklik saya dikuliahkan, kenapa ibu saya
tidak?” begitu protes Ani dalam hati.
Ketika Ani menyelesaikan kontrak kerjanya di tahun 2003,
dia langsung berkuliah di Surabaya. Langkah ini mengundang
cibiran para tetangganya. “Walah, paling yo mari ngono nang
luar negeri maneh,” ujar ibu Ani, menirukan komentar tetangga.
ROSDA
Sepertinya pandangan bahwa setelah ini (lulus kuliah) akan
bekerja di luar negeri lagi menyiratkan bahwa sekali menjadi
TKW akan tetap ada di lingkaran itu. Habitus mereka akan
tetap ada di situ.
Namun keraguan para tetangga Ani tidak terbukti karena
tekad Ani yang kuat untuk terus belajar dan mengenyam
pendidikan. Pernyataan Ani amat kuat menggarisbawahi
pentingnya pendidikan. “Saya percaya bahwa saya bisa
mengentaskan diri dari kemiskinan melalui sekolah.” Tentu
saja saya sepakat 100%. Buku dan film-film Ani sudah mewakili
semangat Ani.
Ani adalah pencinta dunia literasi. Dia sudah sering
menulis sejak SMA. Selama di Hong Kong, dia menuliskan
hari-harinya ke dalam tiga buku harian. Setelah dia rangkum
jadi satu, mencoba mengubah format ke dalam novel, dan
ditolak oleh beberapa penerbit, akhirnya catatan hariannya,
Once Upon a Time in Hong Kong, terbit juga. Setelah selang
beberapa tahun, mengikuti jejak filmnya yang sudah moncer
duluan.
Tentu saja banyak faktor yang membuat Ani bisa seperti
ini. Ani termasuk BMI yang sangat beruntung mendapatkan
majikan yang berpendidikan. Meski Ani ditawari untuk