Page 86 - LITERASI-BUKU-SEBAGAI-SARANA-MENUMBUHKAN-KEPRIBADIAN-PESERTA-DIDIK-YANG-UNGGUL
P. 86
72
mana kami sarapan yang agak terlalu siang. Ada juga beberapa
BMI penulis yang menawarkan waktunya untuk ngobrol
dengan saya di antara atau setelah jam kerja. Dalam
kondisi seperti ini, wawancara
dilakukan di mana saja dan
kapan saja, di mana tempat dan
waktunya memungkinkan. Ada
ROSDA
yang datang ke kamar apartemen sempit yang saya sewa,
perpustakaan Hong Kong, taman kota, toko buku, atau sambil
berjalan menyusuri trotoar toko. Kadang-kadang percakapan
terpenggal karena mereka harus segera pulang ke rumah
majikan. Beberapa percakapan juga berlangsung menjelang
tengah malam. Dalam beberapa kesempatan, bahkan saya
merelakan diri untuk diwawancarai oleh beberapa BMI jurnalis
yang ditugasi meliput kegiatan seputar kehidupan BMI. Saat
saya berada di Hong Kong, seorang BMI jurnalis menunjukkan
sebuah majalah BMI yang memuat tulisan saya. Majalah
tersebut, BMI Peduli, dikelola oleh mas Bonari Nabonenar,
editor dan mentor menulis bagi para BMI, dan dibagikan secara
gratis. Mas Bonari juga adalah salah satu partisipan penelitian
saya yang bersedia namanya disebutkan dalam penelitian ini.
Saya menyadari bahwa saya tidak mungkin
memahami praktik literasi BMI secara sepenuhnya tanpa
mempertimbangkan kompleksitas kehidupan BMI di Hong
Kong. Untuk itu saya mencari kesempatan untuk berbincang
dengan BMI lain yang tidak terlibat dalam praktik literasi BMI,
namun tahu keberadaan praktik tersebut. Kamar apartemen
yang saya sewa dikelola oleh Victor. Dia bekerja untuk seorang