Page 109 - Kelas X Hindu BS press
P. 109

yang merupakan penyebab alam semesta dan selanjutnya muncul Buddhi
                            dan  . Dari Ahaṁkāra muncul Manas atau pikiran, yang membawa perintah-
                            perintah dari kehendak melalui organ-organ kegiatan (Karma Indriya).
                               Sattvam  merupakan  keseimbangan,  sehingga  apabila  Sattvam  lebih
                            berpengaruh,  terjadilah  kedamaian  atau  ketenangan.  Rājas  merupakan
                            aktiitas, yang dinyatakan sebagai Rāga-Dveṣa, yaitu suka atau tidak suka,
                            cinta atau benci, menarik atau memuakkan. Tamas merupakan belenggu
                            dengan  kecenderungan  dengan  kelesuan,  kemalasan,  dan  kegiatan  yang
                            dungu  atau  bodoh,  yang  menyebabkan  khayalan  atau  Aviveka  (tanpa
                            perbedaan). Sāṁkhya menerima teori pengembangan dan penyusutan, di
                            mana sebab dan akibat merupakan keadaan yang belum berkembang dan
                            pengembangan dari suatu substansi yang sama.
                               Gambaran sentral dari ilsafat Sāṁkhya adalah bahwa akibat benar-benar
                            ada sebelumnya di dalam penyebab, seperti seluruh keberadaan pepohonan
                            yang dalam keadaan terpendam atau tertidur dalam benih (biji), demikian
                            pula seluruh alam raya ini ada dalam keadaan tertidur dalam Prakṛti, yaitu
                            Avyakṛta (tak terbedakan). Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
                            tentang proses pengembangan dan penyusutan, Sāṁkhya menguraikannya
                            sebagai  berikut:  dari  pertemuan  antara  Puruṣa  dan  Prakṛti,  timbullah
                            Mahat (yang agung), yang merupakan benih alam semesta, di mana segi
                            psikologinya disebut sebagai Buddhi, yang memiliki sifat-sifat kebajikan,
                            pengetahuan, tidak bernafsu. Perbedaan antara Mahat dan Buddhi adalah,
                            Mahat merupakan asas kosmis sedangkan Buddhi merupakan asas kejiwaan
                            (merupakan unsur kejiwaan tertinggi). Dari Buddhi timbullah Ahaṁkāra
                            yang merupakan asas individuasi atau asas keakuan, yang menyebabkan
                            segala sesuatu memiliki latar belakang sendiri-sendiri.
                               Perkembangan kejiwaan yang pertama adalah Ahaṁkāra adalah Manas
                            yang merupakan pusat indra yang bekerja sama dengan indra-indra yang
                            lain mengamati kenyataan di luar badan manusia. Tugas Manas adalah untuk
                            menkoordinir  rangsangan-rangsangan  indra,  dan  mengaturnya  sehingga
                            menjadi  petunjuk    dan  meneruskannya  kepada  Ahaṁkāra  dan  Buddhi.
                            Sebaliknya  Manas  juga  bertugas  meneruskan  putusan  kehendak  Buddhi
                            kepada peralatan indra yang lebih rendah. Buddhi, Ahaṁkāra dan Manas
                            secara bersama-sama disebut sebagai peralatan bhatin atau Antaḥkaraṇa.
                               Perkembangan  kejiwaan  yang  kedua  adalah  Pañca  Indra  persepsi
                            (Buddhendriya atau Jñānendriya), yaitu :
                            1)  Pengelihatan
                            2)  Pendengaran
                            3)  Penciuman
                            4)  Perabaan, dan
                            5)  Perasa


                                                         Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti |   103
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114