Page 119 - Kelas X Hindu BS press
P. 119
Prabhakāra menyatkan bahwa sumber pengetahuan kebenaran (pramāṇa)
menurut Mīmāmsā adalah sebagai berikut:
1) Pratyakṣa : pengamatan langsung
2) Anumāna : dengan penyimpilan
3) Upamāṇa : mengadakan perbandingan
4) Śabda : kesaksian kitab suci atau orang bijak
5) Arthāpatti : penyimpulan dari keadaan dan oleh Kumārila
ditambahkan dengan
6) An-upalabdhi : pengamatan ketidak adaan.
Enam cara pengamatan di atas hampir sama dengan cara pengamatan
dari Nyāya, hanya pada pengamatan upamāṇa ada sedikit tambahan, di mana
perbandingan yang dipergunakan tidak sepenuhnya sama dengan contoh
yang telah diketahui. Pengamatan Arthāpatti adalah pengamatan dengan
penyimpulan dari keadaan. Pengamatan An-upalabdhi, yaitu pengamatan
ketidakadaannya obyek, jadi suatu cara pembuktian bahwa obyek yang
dimaksudkan itu benar-benar tidak ada.
6. Vedānta Darśana
a. Pendiri dan Sumber Ajarannya
Filsafat ini sangatlah kuno yang
berasal dari kumpulan literatur bangsa
Arya yang dikenal dengan nama
Veda. Vedānta ini merupakan bunga
diantara semua spekulasi, pengalaman
dan analisa yang terbentuk dalam
demikian banyak literatur yang
dikumpulkan dan dipilih selama
berabad-abad. Filsafat Vedānta ini
memiliki kekhususan. Yang pertama,
ia sama sekali impersonal, ia bukan dari
seseorang atau nabi.
Istilah Vedānta berasal dari kata
Veda-anta, artinya bagian terakhir
dari Veda atau inti sari atau akhir Sumber: www.hindupedia.com
dari Veda, yaitu ajaran-ajaran yang Gambar 4.7 Śṛi Vyāsa
terkandung dalam Kitab Upaniṣad.
Kitab Upaniṣad juga disebut dengan Vedānta, karena kitab-kitab ini
merupakan Yñana Kāṇda yang mewujudkan bagian akhir dari Veda setelah
Mantra, Brāhmaṇa dan Āraṇyaka yang bersifat mengumpulkan. Ada tiga
faktor yang menyebabkan Upaniṣad disebut dengan Vedānta yaitu:
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti | 113