Page 104 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 104
pada masa Singasari. Di desa pada umumnya penduduk hidup dari bertani,
berdagang, dan kerajinan tangan. Tidak sedikit pula yang bekerja sebagai
buruh atau pelayanan. Kegiatan berdagang dilakukan dalam 5 (Lima) hari
pasaran pada tempat yang berbeda (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
Oleh karena itu, sarana transportasi darat memegang peranan penting.
Beberapa prasasti melukiskan bagaimana para pedagang, pengrajin, dan
petani membawa barang dagangannya. Mereka digambarkan melakukan
perjalanan sambil memikul barang dagangannya atau mengendarai
pedati-kuda. Ada pula yang melakukan perjalanan melalui sungai dengan
menggunakan perahu.
Dengan disebutnya alat angkut pedati dan perahu, dapatlah disimpulkan
bahwa perdagangan antar desa cukup ramai. Apalagi di wilayah Singasari
terdapat dua sungai besar, Bengawan Solo dan Kali Brantas yang
dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian dan lalu lintas perdagangan
air. Perdagangan mulai mendapatkan perhatian cukup besar semasa
Kertanegara memerintah. Kertanegara mengirimkan ekspedisi militer ke
Melayu (Pamalayu) untuk merebut kendali perdagangan di sekitar Selat
Malaka. Pada masa ini memang Selat Malaka merupakan jalur sutera yang
dilalui oleh para pedagang asing.
Dalam hal kepemilikan tanah, transportasi, perpajakan, dan tenaga kerja;
kehidupan rakyat Medang Kamulan menyerupai Mataram, karena Medang
Kamulan tak lain adalah kelanjutan Mataram. Yang berbeda adalah hanya
nama dinastinya dan perpindahan wilayah kekuasaan dari barat ke timur.
Masa pemerintahan Empu Sendok yang bergelar Sri Isana Tunggawijaya,
merupakan masa yang damai. Namun, sejak pemerintahan Dharmawangsa
Teguh, politik Kerajaan cenderung mengarah ke luar negeri. Tujuannya
adalah untuk merebut dominasi perdagangan di perairan Jawa, Sumatera,
dan Kalimantan, yang ketika itu dikuasai Sriwijaya. Untuk keperluan
itu, Dharmawangsa Teguh membangun armada militer yang tangguh.
Dengan kekuatan militernya, Medang Kamulan menaklukkan Bali, lalu
mendirikan semacam koloni di Kalimantan Barat. Medang Kamulan
kemudian menyerang Sriwijaya, walaupun tidak menang. Dharmawangsa
pun mengembangkan pelabuhan Hujung Galuh di selatan Surabaya
dan Kembang Putih (Tuban) sebagai tempat para pedagang bertemu.
Ketika Airlangga berkuasa, kerajaan menjaga hubungan damai dengan
kerajaan-kerajaan tetangga demi kesejahteraan rakyat. Ini diperlihatkan
dengan mengadakan perjanjian damai dengan Sriwijaya. Kerajaan pun
memperlakukan umat Hindu dan Buddha sederajat.
94 Kelas XII SMA/SMK