Page 100 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 100

istana maupun tentara, biasanya berasal dari golongan bangsawan kerabat
               raja. Mengenai  sistem  perpajakan biasanya  pedagang mengirim   hadiah
               berupa  benda-benda  langka  dan mahal. Sedangkan bagi    wilayah yang
               berada di bawah kerajaan mereka harus mengirim upeti berupa emas atau
               benda-benda berharga lain, sebagai tanda kesetiaannya terhadap atasan.
               Kehidupan sosial  masyarakat  Sunda  dan Pakwan Pajajaran secara   garis
               besar dapat digolongkan ke dalam golongan seniman, peladang (pecocok
               tanam), pedagang. Dari bukti-bukti sejarah diketahui, umumnya masyarakat
               Pajajaran hidup dari hasil perladangan. Seperti masyarakat Tarumanegara
               dan Galuh, mereka umumnya selalu berpindah pindah. Hal ini berpengaruh
               pada bentuk rumah tempat tinggal mereka yang sederhana. Dalam hal tenaga
               kerja, yang menjadi anggota militer diambil dari rakyat jelata dan sebagian
               anak bangsawan. Mereka    dibiayai  oleh negara. Dalam  bidang ekonomi,
               Kerajaan Sunda dan Pajajaran telah lebih maju dari masa Tarumanegara.
               Kerajaan Sunda-Pajajaran memiliki   setidaknya  enam  pelabuhan penting:
               Banten, Pontang, Cigede, Tarumanegara, Sunda     Kelapa, dan Cimanuk.
               Setiap pelabuhan ini dikepalai oleh seorang syahbandar yang bertanggung
               jawab kepada   raja. Para  syahbandar ini  bertindak sebagai  wakil  raja  di
               pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya, sekaligus     menarik pajak dari
               para  pedagang yang ingin berjualan di  daerah ini, pajak tersebut  berupa
               kiriman upeti berwujud barang dagangan yang mahal atau uang. Dalam hal
               transportasi air, selain melalui laut, dilakukan pula melalui sungai-sungai
               besar seperi  Citarum  dan Cimanuk, sebagai  jalur perairan dalam  negeri.
               Melalui pelabuhan ini, Pajajaran melakukan aktivitas perdagangan dengan
               negara  lain. Dalam  berbagai  peninggalan sejarah diketahui, masyarakat
               Pajajaran telah berlayar hingga ke Malaka bahkan ke Kepulauan MalaDeva
               yang kecil  di  sebelah selatan India. Barang barang dagangan mereka
               umumnya    bahan makanan dan lada. Di     samping itu, ada  jenis  bahan
               pakaian yang didatangkan   dari  Kamboja  (India). Sementara  mata  uang
               yang dipakai sebagai alat tukar adalah mata uang Cina.
               Selanjutnya, agama    Hindu berkembang pula     di  Jawa  Tengah, yang
               dibuktikan adanya   prasasti  Tukmas  yang ditemukan di  lereng gunung
               Merbabu. Prasasti  ini  berbahasa  sanskerta  memakai  huruf Pallawa  dan
               bertipe  lebih muda  dari  prasasti  Purnawarman. Dalam   prasasti  inilah
               dituliskan atribut  Dewa  Tri  Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak
               dan Bunga   Teratai  Mekar, diperkirakan berasal  dari  tahun 650 Masehi.
               Keyakinan memuja     Tri  Murti  juga  disebutkan dalam  prasasti  Canggal,
               yang berbahasa  sanskerta  dan memakai  huduf Pallawa. Prasasti  Canggal
               dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 Masehi), dengan





            90    Kelas XII SMA/SMK
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105