Page 158 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 158
Jika kita cermati dari kelima ciri mistikisme di atas dapat ditarik benang
merah bahwa mistik berbeda dengan sikap klenik, gugon tuhon, bodoh,
puritan, irasional. Sebaliknya mistik merupakan tindakan atau perbuatan
yang adiluhung, penuh keindahan, atas dasar dorongan dari budi pekerti
luhur atau akhlak mulia. Mistik sarat akan pengalaman-pengalaman
spiritual. Yakni bentuk pengalaman-pengalaman halus, terjadi sinkronisasi
antara logika rasio dengan logika batin. Pelaku mistik dapat memahami
fenomena atau eksistensi di luar diri (gaib) sebagai kenyataan yang logis
atau masuk akal. Sebab akal telah mendapat informasi secara runtut, juga
memahami rumus-rumus yang terjadi di alam gaib.
Subramuniyaswami, Satguru Úivaya 1997, mengatakan bahwa “Tantra
adalah bagian dari çaktisme, yaitu pemujaan kepada Ibu semesta. Dalam
proses pemujaannya, para pemuja ‘çakta’ tersebut menggunakan mantra,
yantra, tantra, yoga, dan puja serta melibatkan kekuatan alam semesta
dan membangkitkan kekuatan kundalini.” Disebut çaktiisme karena
yang dijadikan obyek persembahannya adalah çakti. Çakti dilukiskan
sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. “Çakti is the symbol of bala
or strength” Çakti adalah simbol dari bala atau kekuatan. Pada sisi lain
çakti juga disamakan dengan energi atau kala ”this sakti or energi is also
regarded as ‘Kala’ or time” (Das Gupta, 1955).
Terdapat berbagai definisi Tantra yang berasal dari sudut pandang yang
berbeda. Sayangnya diantara berbagai definisi itu tidak selalu konsisten
antara yang satu dengan yang lainnya. Tantra merupakan ajaran filosofis
yang pada umumnya mengajarkan pemujaan kepada çakti sebagai obyek
utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai permainan atau
kegiatan rohani dari çakti dan Úiwa. Tantra adalah cabang dari agama
Hindu. Ajaran tantra mengacu kepada kitab-kitab yang pada umumnya
berhubungan dengan pemujaan kepada çakti (Ibu semesta; Devi Durga,
Devi Kali, Parwati, Laksmi, dan sebagainya), sebagai aspek Tuhan yang
tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual dan bentuk-
bentuk ritual pemujaan, yang bertujuan membebaskan seseorang dari
kebodohan, dan mencapai pembebasan. Dengan demikian tantrisme lebih
sering dinyatakan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan
pemujaan pada bentuk çakti yang berisi tentang tata cara upacara
keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang ditemukan
dalam percakapan antara Deva Siwa dan Devi Parwati. Tantra bukan
merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu (koheren), tantra
148 Kelas XII SMA/SMK