Page 53 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 53

dan sebagainya. Semuanya merupakan hukum agama, ini berarti hukum Adat
               sebagian besar adalah hukum   agama, yakni  hukum   adat  itu sebagian besar
               adalah hukum agama Hindu (Pudja, 1997:34-35).

               Dalam prakteknya di tengah masyarakat memang tampak gejala yang bertautan
               antara hukum Hindu dengan Hukum Adat. Kitab-kitab Hukum Hindu dalam
               bentuk kompilasi seperti; Adigama, Agama, Kutaragama, Purwadigama dan
               Kutara Manawa, memang amat sering dijadikan sumber penyusunan Hukum
               Adat. Hanya   transfer ke  dalam  Hukum  Adat  tidak dilakukan sepenuhnya,
               karena tidak semua materi dalam hukum Hindu tersebut sesuai dengan situasi,
               kondisi  dan kebutuhan masyarakat. Di  sini  para  tetua  adat  sangat  berperan
               sebagai tokoh yang bertugas khusus menyaring nilai-nilai hukum Hindu untuk
               diselaraskan kebutuhannya sesuai dengan sistem sosial yang berkembang di
               lingkungan sekitarnya.

               Hukum adat menduduki orbit yang sentral dan telah berperan dominan dalam
               suatu lingkungan budaya   tertentu, yakni  lingkungan masyarakat  adat  yang
               mendukungnya. Konsekuensi dari peran yang dominan itu menjadikan hukum
               Adat semakin mengakar dan melembaga dalam interaksi sosial masyarakatnya,
               dalam arti bahwa kepatuhan masyarakat terhadap Hukum Adat tersebut tidak
               dapat dibantahkan.
               Konsekuensi lainnya adalah membawa akibat yang sangat fatal, dimana mulai
               muncul tokoh-tokoh hukum adat yang tidak lagi menerima anggapan bahwa
               hukum adat bersumber kepada hukum Hindu, berkesempatan mengemukakan
               hasil  penelitiannya. Gde  Pudja  lebih jauh mengemukakan, ”Hukum   Hindu-
               lah yang merupakan sumber dasar dari Adat di Indonesia terutama di daerah-
               daerah dimana   pengaruh Hindu itu sangat   besar. Untuk daerah Bali   dan
               Lombok, pembuktian itu tidaklah begitu sulit, karena seluruh pola pemikiran
               dan tata  kehidupan masyarakat  yang beragama   Hindu, tetap mendasarkan
               pada ajaran-ajaran agama Hindu yang mereka yakini (Pudja, 19977:192).
               Menurut Soerjono Soerkarto, mengemukakan bahwa hukum Adat bersumber
               dari  perkembangan perilaku yang berproses    melalui  cara, kebiasaan, tata
               kelakuan, dan adat   istiadat, baru kemudian menjadi    hukum   adat, akan
               semakin mempertegas mengenai pembuktian adanya hukum Hindu menjiwai
               hukum adat. Namun kerangka teori ini akan melahirkan adat murni, karena ia
               bersumberkan kepada perilaku menjadi manusia, baik personal maupun umum.
               Dalam proses menjadikan kebiasaan, tata dan adat-istiadat, kitab Dharmasastra
               atau hukum Hindu sedikit banyak memberi pengaruh, berhubung kebiasaan,
               tata kelakuan dan adat istiadat itu dibatasi oleh suatu norma-norma sosial dan
               norma-norma   agama  yang besumber langsung dari    Wahyu Tuhan. Hukum
               Hindu dalam pembahasan dimuka dinyatakan berdasarkan pada Åta.




                                                          Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti   43
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58